Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa Miskin Ditampung di SMKN 2 Subang

Kompas.com - 14/01/2012, 15:34 WIB
Ester Lince Napitupulu

Penulis

SUBANG, KOMPAS.com - Menjadi sekolah bertaraf internasional tak membuat SMKN 2 Subang menutup diri dari siswa miskin.

Sekolah ini justru punya program siswa mandiri yang dikhususkan untuk anak-anak miskin yang bertekad mengenyam pendidikan di jenjang SMK. Jumlahnya bukan lagi 20 persen.

Di SMKN 2 Subang yang jadi sekolah induk sekitar 56 persen dari 4.774 siswa merupakan siswa mandiri. Di kelas jauh yang tersebar di 14 lokasi di Subang dan Tangerang, sekitar 74 persen siswa mandiri.

Kepala SMKN 2 Subang Priyanto, Sabtu (14/1/2012), mengatakan, banyak lulusan SMP di Subang yang tidak melanjutkan sekolah. Alasan utamanya karena tidak mampu membayar biaya sekolah. Siswa-siswa miskin tersebut direkrut untuk bersekolah di SMKN 2 Subang. Mereka tidak membayar biaya sekolah, bahkan yang sangat miskin dibantu biaya hidup.

Menurut Priyanto, program siswa mandiri ini dilaksanakan dengan dukungan industri. Siswa mandiri bekerja di industri sekolah untuk mengerjakan pesanan industri, seperti perakitan kabel-kabel sepeda motor. Selain itu, para siswa juga dilibatkan dalam usaha produksi sekolah. Ada yang mengurus produksi perikanan, peternakan, pembuatan air minum dan jus, penjahitan pakaian seragam, pembuatan kartu nama, dan banyak lagi.

Pekerjaan siswa itu dihargai dengan kompensasi bebas biaya pendidikan dan makan selama bersekolah. Bahkan, ada upah lembur siswa yang bisa ditabung untuk bekal lulus nanti.

"Siswa mandiri itu merasa bangga karena tidak membebani orang tua yang memang miskin. Mereka yang mustahil sekolah, dengan program ini punya kesempatan sekolah. Bahkan, panggilan kerja menanti. Banyak juga yang akhirnya bisa kerja di Korea, Jepang, dan Malaysia dengan baik, bukan sebagai pembantu," kata Priyanto.

Tatang Supardi, Pengelola Teaching Factory SMKN 2 Subang, mengatakan, program siswa mandiri ini dikembangkan karena setiap tahun sekitar 50 persen siswa baru meminta keringanan hingga pembebasan biaya sekolah. "Akhirnya, kepala sekolah dan guru memikirkan cara yang dapat membuat siswa miskin tidak terkendala di sekolah ini," kata Tatang.

Para siswa harus siap menjalani pendidikan taruna selama enam bulan. Pendidikan karakter dan bela negara ini untuk membentuk ketangguhan fisik dan mental siswa sehingga tidak gampang mengeluh dan menyerah ketika mengahadapi kesulitan.

"Dunia usaha yang bermitra dengan kami memang membutuhkan pekerja yang berkarakter kuat, disiplin, mandiri. Karena itu, syarat masuk buat siswa di sini, ya harus sanggup menjalani pendidikan ketarunaan," kata Priyanto.

Dalam pandangan Priyanto, sekolah bertaraf internasional tidak dimaknai dengan fasilitas "wah". Yang penting, pembentukan karakter dan mindset siswa yang siap berjuang untuk membuat masa depannya lebih baik.

Siswa mandiri yang tinggal di asrama diberi tambahan belajar bahasa Inggris, Jepang, dan Korea. Tujuannya supaya mereka bisa jadi tenaga terampil yang siap go international. Peluang kerja di luar negeri bagi tenaga kerja terampil cukup menjanjikan dengan gaji yang lebih tinggi.

Nah, kesempatan inilah yang akan diraih siswa mandiri SMKN 2 Subang yang berasal dari keluarga tidak mampu untuk mengubah nasib diri dan keluarga. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com