Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ungkap Perjokian, UGM Bentuk TPF

Kompas.com - 16/07/2012, 19:12 WIB
Kontributor Yogyakarta, Gandang Sajarwo

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Universitas Gajah Mada (UGM) membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) kasus joki yang tertangkap pada saat pelaksanaan Ujian Masuk Program Internasional di Fakultas Kedokteran (FK) UGM, 13 Juli lalu. TPF ini dikoordinir oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof Dr Iwan Dwi Prahasto, M.Med.Sc., PhD dan beranggotakan Direktur Administrasi Akademik (DAA), Dekan Fakultas Kedokteran, Satuan Audit Internal (SAI), ahli IT, SKK, dan lain-lain.

"TPF akan mencari akar persoalan sekaligus membantu aparat kepolisian mengungkap kasus ini hingga tuntas, agar tidak menguap begitu saja," tegas Rektor UGM, Prof Dr Pratikno, M.Soc.Sc. kepada wartawan di R.Sidang Pimpinan, Senin (16/7/2012).

Pratikno menambahkan tugas utama TPF ini membantu polisi mengungkap akar persoalan hingga pelaku perjokian, sekaligus merancang sebuah sistem manajemen pelaksanaan ujian yang lebih baik untuk mencegah terjadinya kembali kasus serupa di kemudian hari.

Pratikno mengatakan UGM serius untuk menuntaskan kasus ini termasuk selalu berkoordinasi dengan kepolisian. "Tentu kita prihatin dengan munculnya kasus ini. Tapi kita tetap komitmen untuk memberantas joki, menuntaskannya ke ranah hukum dan selalu berkoordinasi dengan polisi," katanya.

Dalam kesempatan tersebut Pratikno mengaku prihatin dengan kasus joki yang melibatkan sekitar 52 calon mahasiswa program internasional FK UGM. Meskipun demikian ia menilai terungkapnya kasus ini merupakan bentuk kesiapsiagaan pihak panitia pengawas dalam mengamankan jalannya ujian.

Di tempat yang sama Dekan Fakultas Kedokteran UGM, Dr Rr Titi Savitri Prihatiningsih, M.A., M.Med.Ed, PhD mengatakan kasus joki pada ujian kemarin termasuk cukup besar karena melibatkan 52 calon mahasiswa. Sebelumnya indikasi keterlibatan joki pada ujian-ujian serupa jumlahnya tidak lebih dari satu atau dua orang saja.

Titi menilai modus yang dilakukan joki dari waktu ke waktu terus berubah dan semakin canggih. Jika awalnya modus yang dilakukan dengan mengatasnamakan orang lain, maka saat ini telah menggunakan kecanggihan teknologi seperti handphone dan terorganisir.

"Kalau tahun-tahun sebelumnya hanya berkisar satu atau dua orang dan itu langsung gugur. Saat ini jumlahnya massal, dengan teknologi yang lebih canggih dan terorganisir," urai Titi.

Pada kesempatan itu Titi menegaskan bahwa bagi peserta yang tertangkap basah melakukan tindak kecurangan pada saat ujian dinyatakan gugur dan tidak diizinkan untuk mengikuti ujian masuk melalui semua jalur pada tahun berikutnya. Sedangkan bagi peserta lainnya tidak perlu khawatir ujian akan diulang atau dibatalkan. "Ujian tidak diulang atau dibatalkan. Kita juga minta maaf kalau dengan kejadian kemarin membuat tidak nyaman peserta lainnya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com