Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mimpi Alawy Kandas di Bulungan

Kompas.com - 26/09/2012, 08:16 WIB
Ali Sobri, Caroline Damanik

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com — Alawy Yusianto Putra menyimpan segudang cita-cita saat masuk ke SMA Negeri 6 Jakarta. Namun, kini mimpinya kandas begitu saja di jalanan di Bulungan.

Pelajar kelas X SMAN 6 Jakarta ini tewas dalam serangan segerombol pelajar SMAN 70 di dekat tugu Bulungan, Jakarta Selatan, Senin (24/9/2012). Sabetan celurit di dadanya menghentikan langkahnya untuk menggapai mimpi menjadi drumer andal.

Alawy merintis bakatnya menabuh drum sejak SMP bersama grup musiknya, Autorion Band. Dari panggung ke panggung, remaja berusia 15 tahun itu membangun mimpinya.

Kakak Alawy, Yunita Endah Lestari (19), mengaku, langkah Alawy memang kerap dilarang oleh orangtuanya karena hobinya itu sering dilakukan sampai malam hari. Namun, Alawy tetap bersikukuh menunjukkan bakatnya dalam berbagai kesempatan sambil terus menunjukkan tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar.

Yunita tahu, adiknya adalah anak yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, dia kerap membantu memberi pengertian kepada ayah dan ibunya agar tidak terus-terusan melarang Alawy bermain musik.

"Adik saya itu dekat sama saya. Dia sering ngobrol dan curhat bareng. Komunikasi sama dia itu seru, meski kadang papa mama suka ngelarang dia pulang malam, tetapi saya sering membelanya, yang penting bukan di hari sekolah," kata mahasiswi semester III Fakultas Hukum Universitas Indonesia itu seusai pemakaman adiknya, Selasa (25/9/2012).

Alawy, lanjutnya, bahkan sempat menorehkan prestasi bermusiknya di beberapa festival musik di Jakarta baru-baru ini. Yunita pun mengatakan bahwa adiknya itu sebenarnya tengah dalam suasana hati yang bergairah karena dalam waktu dekat, salah satu label musik rencananya akan mendengarkan demo musik bandnya. Oleh karena itu, dia tengah semangat mempersiapkannya bersama teman-temannya.

Namun, kakak sulung Alawy itu mengakui bahwa adiknya tak pernah melupakan tugas-tugas sekolahnya. Memang kerap terlihat santai, tetapi Alawy adalah anak yang cerdas. Bahkan, lanjut Yunita, Alawy yang juga alumnus SMPN 88 Jakarta Barat ini boleh dibilang sebagai siswa yang berprestasi. Meski tidak selalu menjadi juara 1 saat SMP, dia sempat beberapa kali berada di urutan 3 dan 10 besar di kelasnya.

"Dia itu berbakat, senang olahraga dan semangat banget kalau sekolah. Dia itu anaknya santai, tapi pas belajar cepet masuk ke otaknya. Walau enggak ikut bimbel, tapi dia seneng Matematika sama Kimia," tutur Yunita di rumah kediaman keluarganya di Ciledug Indah II, Tangerang.

Kandas di jalanan

Namun sayang, mimpi dan langkah Alawy harus kandas begitu saja di jalanan di Bulungan yang dalam 10 tahun terakhir kerap diwarnai kekerasan antarpelajar. Yunita mengaku tak kuasa menahan kesedihan saat menerima kabar bahwa adiknya menjadi korban tawuran.

"Saya lagi ada kelas pas dikasih tahu sama teman melalui ponsel. Saya panik, tetapi enggak percaya, saya search Twitter-nya, teman-temannya sudah mengatakan 'Innalillahi wa inna ilaihi rajiun'. Saya enggak kuat waktu itu," kenangnya sambil terisak.

Yunita mengaku tak suka mendengar kata tawuran. Ingatannya melayang ke masa SMA-nya. Saat itu, teman-teman sekolahnya juga sering terlibat tawuran. Yunita sangat kesal karena ada temannya yang merasa bangga dan bahagia karena terlibat tawuran.

"Jangan pernah anggap tawuran itu seru, jangan pernah! Karena orangtua lo itu nunggu lo di rumah. Jangan macem-macem, jangan buat susah mereka, buat bahagia aja lo belom bisa! Dulu di SMA aku juga ada tawuran, ada yang bilang seru, padahal itu enggak bener, enggak ada manfaatnya," serunya.

Yunita menyesali peristiwa tawuran kembali terjadi hingga memakan korban jiwa. Kali ini adiknya sendiri. Dia pun meminta agar pelajar sekolah di mana pun untuk tidak menganggap tawuran sebagai gengsi yang harus diperjuangkan, terutama di sekolah-sekolah yang katanya unggulan. Yunita tahu benar, banyak siswa termasuk adiknya yang tak suka tawuran. Namun, jika tradisi tawuran masih berlangsung, banyak siswa yang tak suka tawuran pun bisa menjadi korban.

"Adik saya enggak pernah ikut tawuran. Dia pun tahu waktu memilih SMAN 6 dia berjanji tidak akan ikut tawuran. Tetapi akhirnya dia kena, dia jadi korban," ungkapnya sedih.

Berita terkait peristiwa ini dapat diikuti dalam topik "Tawuran SMA 70 dan SMA 6"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com