Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekolah Diajak Atasi Kekerasan Pelajar

Kompas.com - 26/09/2012, 12:56 WIB
Ester Lince Napitupulu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sekolah-sekolah di DKI Jakarta diajak untuk mengatasi masalah kekerasan di antara pelajar. Karena itu, di semua sekolah di Jakarta akan dibentuk satuan tugas atau kelompok kerja anti-kekerasan dengan melibatkan peserta didik.

"Masalah kekerasan di sekolah harus diperhatikan. Sekolah diaktifkan untuk juga mampu mengatasi masalah dan ancaman kekerasan, termasuk tawuran di kalangan pelajar," kata Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik Yudi Mulyanto dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi X DPR, Rabu (26/9/2012).

Anggota Komisi X DPR, Zulfadhli, mengatakan, peristiwa tawuran siswa SMAN 6 dan SMAN 70 Jakarta yang menyebabkan korban tewas harus menjadi kasus terakhir. "Ini jadi momentum bagi kita semua untuk melakukan gerakan stop tawuran," kata Zulfadhli.

Secara terpisah, Ketua Yayasan Semai Jiwa Amini, Diena Haryana, mengatakan, persoalan kekerasan di kalangan siswa perlu diperhatikan secara serius. Para siswa perlu diperlakukan dengan kasih sayang, empati, dan menghargai supaya dapat tumbuh menjadi pribadi yang baik.

"Persoalan bullying di sekolah tidak bisa dibiarkan, tetapi diatasi. Ada keinginan dari Dinas Pendidikan DKI Jakarta untuk meluaskan gerakan antibullying di sekolah di jenjang SMP dan SMA sederajat. Tentu ini merupakan langkah yang baik," tutur Diena.

Yayasan Semai Jiwa Amini bergerak dalam kampanye antibullying di sekolah-sekolah. Hal ini didasarkan pada temuan maraknya bullying dari senior ke yunior ataupun guru kepada siswa di sekolah. "Kita tidak ingin kekerasan jadi budaya di negeri ini. Untuk itulah, terutama orang-orang dewasa seperti pemerintah, pendidik, dan orangtua mesti bisa memutus mata rantai kekerasan yang ada di sekitar anak. Kunci utamanya, orang-orang dewasa ini harus memahami dan menjalankan apa yang menjadi hak anak," tutur Diena.

Apalagi, kata dia, kondisi anak-anak masa sekarang yang penuh dengan tekanan semakin mudah memicu timbulnya agresivitas. Anak-anak tidak punya pelarian untuk mencari kehangatan dalam hubungan dengan orang dewasa seperti keluarga dan guru di sekolah.

Ruang-ruang beraktivitas juga semakin terbatas. Pilihan seperti mal justru dapat semakin memicu stres anak karena mendorong kepada perilaku konsumtif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com