Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ingat... "Online Learning" Bukan Kelas Kacangan!

Kompas.com - 04/02/2014, 12:15 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

KOMPAS.com — Selama ini, memang, stereotipe yang muncul pada sistem pendidikan online adalah jauh tertinggal dibandingkan sistem pembelajaran kelas konvensional atau tatap muka. Bahkan, metode online dianggap "kelas kacangan".

"Banyak yang melihat kalau sistem pendidikan online itu low quality alias kacangan. Nah, stereotipe itulah yang harus kami edukasi ke masyarakat," kata Program Director MM Executive BINUS Business School, Tubagus Hanafi Soeriaatmadja, saat berbincang dengan Kompas.com di Jakarta, akhir Januari lalu.

Hanafi berpijak pada sebuah survei di salah satu universitas di Amerika Serikat yang menyebutkan, jika murid kelas konvensional dengan murid kelas online diuji bersama-sama, maka ditemukan hasil sebanyak 90-100 persen siswa kelas online memperoleh nilai di atas C dan hanya 60 persen siswa kelas konvensional yang mendapatkan nilai di atas C.

Berdasarkan survei itu, siswa kelas online terbukti memiliki banyak keunggulan (Baca: Mengapa Siswa Kelas "Online" Lebih Unggul dari Kelas Konvensional?). Semua materi dan diskusi mengenai pembelajaran dapat diulang kembali.

Sistem ini jelas berbeda dengan kelas konvensional, di mana siswa harus mencatat. Apabila lupa mencatat, maka materi yang diberikan ke siswa hanya "masuk telinga kanan, keluar telinga kiri".

"Karena itulah, BINUS Business School meluncurkan program kuliah berbasis teknologi, yaitu MM Online. MM Online ini merupakan program Master in Management atau MM yang sebagian besar proses belajar mengajarnya menggunakan teknologi atau online," kata Hanafi.

Hanafi menjelaskan bahwa program sudah mulai diuji coba pada Desember 2013 dan mulai aktif dijalankan pada Februari 2014 ini memiliki beberapa target pencapaian. Ia melihat terbentuknya MM Online ini sebagai sebuah tantangan sekaligus peluang.

"Salah satunya itu tadi, untuk menghapus stereotipe masyarakat mengenai sistem pendidikan online dan mahasiswanya yang jauh tertinggal dengan mahasiswa kelas konvensional. Padahal sebaliknya, mereka lebih unggul," kata Hanafi.

M Latief/KOMPAS.com Sistem ini jelas berbeda dengan kelas konvensional, dimana siswa harus mencatat. Apabila lupa mencatat, maka materi yang diberikan ke siswa hanya
Analitikal dan kreativitas

"Hampir semua universitas ternama di dunia saat ini telah masuk atau beralih menggunakan sistem online. Kualitas pendidikan tetap terjaga, hanya saja metode perkuliahannya yang diubah. Melalui sistem online itu, pihak penyelenggara pendidikan juga bisa membuka jaringan seluas-luasnya kepada mahasiswa dari satu kota dengan kota lain, bahkan dengan negara lainnya," lanjut Hanafi.

Upaya menyelenggarakan MM Online di BINUS Business School ini, misalnya. Universitas Bina Nusantara (Binus University) selama empat tahun ini telah serius mengembangkan metode perkuliahan secara online, terutama untuk jenjang sarjana (S-1). Berbekal pengalaman itu, lanjut Hanafi, dapat disimpulkan bahwa apabila seorang siswa mampu belajar menggunakan teknologi tinggi, maka hal itu akan menumbuhkan rasa percaya diri yang besar di dalam dirinya.

"Dari survei yang kami dapatkan itu, kami semakin yakin bahwa sistem online semakin unggul. Maka, tugas kami sekarang adalah menyosialisasikan ke masyarakat bahwa edukasi dengan sistem online itu sama dengan edukasi yang telah ada sebelumnya. Bahkan memiliki kemungkinan menghasilkan nilai lebih bagus dibandingkan dengan kelas face to face," ujar Hanafi.

Hanafi memaparkan, ada dua pendekatan yang dilakukan oleh pihak universitas untuk menjalankan metode MM Online ini. Pendekatan pertama adalah pendekatan kemampuan analitikal situasi dan pendekatan kreativitas (MM Online... Sedikit Tatap Muka, Kualitas Belajar Tetap Canggih!).

"Bicara mengenai pendekatan analitikal, kami menerapkannya dengan menggunakan studi kasus yang ada di sekitar kita. Misalnya, studi kasus marketing Indonesia, seperti Coca-Cola, Indosat, maupun Astra," kata Hanafi.

Saat berdiskusi mengenai masalah-masalah itu, lanjut dia, mahasiswa belajar melihat kegiatan sehari-hari. Mereka lalu diminta menganalisis, misalnya, kebijakan apa yang harus diambil ketika menjadi seorang direktur atau manajer di sebuah perusahaan multinational cooperation (MNC) sekelas instansi-instansi tadi.

"Sementara dalam pendekatan kreativitas, mahasiswa akan dipaksa membuat sebuah proyek yang akan menonjolkan daya juang mereka, kreativitas mereka. Selain menggunakan powerpoint, mahasiswa diwajibkan membeli buku referensi atau pegangan sepanjang kuliah," tutur Hanafi.

Melalui MM Online ini, Hanafi juga berharap dapat menambah aksesibilitas perusahaan atau industri terhadap pendidikan. Dengan sistem online, mahasiswa tak lagi akan memusingkan jadwal kuliah maupun kondisi jalan macet yang selalu mendera Jakarta.

"Untuk tahap pertama, program MM Online masih menggunakan bahasa Indonesia dan terfokus pada marketing di Indonesia. Ke depannya, perkuliahan di MM Online menggunakan bahasa Inggris yang aktif. Kami juga membuka kesempatan mahasiswa asing untuk mendapat gelar master bisnis di Indonesia," ujarnya.

Hanafi mengaku, keberadaan Binus University di Indonesia saat ini tidak hanya sebagai pasar bagi para mahasiswa lokal, tetapi juga bagi para mahasiswa internasional. Dia bilang, pertumbuhan yang menarik dari bisnis asing itu ada di Indonesia.

"Selain mahasiswanya akan mendapat gelar, mereka juga akan memiliki network dan efektif berbisnis di sini," pungkas Hanafi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkini Lainnya

Atasi Kesenjangan Kompetensi, ICE Institute Hadirkan “Career Guidance Platform”
Atasi Kesenjangan Kompetensi, ICE Institute Hadirkan “Career Guidance Platform”
Edu
Tim Peneliti Polimedia Kenalkan Teknologi Kemasan Aktif MAP, Perpanjang Masa Simpan Tepung Talas
Tim Peneliti Polimedia Kenalkan Teknologi Kemasan Aktif MAP, Perpanjang Masa Simpan Tepung Talas
Edu
LPDP Beri 3 Opsi buat Mahasiswa, Dampak Kebijakan Imigrasi Amerika Serikat
LPDP Beri 3 Opsi buat Mahasiswa, Dampak Kebijakan Imigrasi Amerika Serikat
Edu
Kisah Nuzula, Peserta UTBK 2025 dengan Nilai Tertinggi di Unesa, Pilih Kedokteran
Kisah Nuzula, Peserta UTBK 2025 dengan Nilai Tertinggi di Unesa, Pilih Kedokteran
Edu
UNJ Raih Penghargaan 'Perguruan Tinggi dengan Permohonan Hak Cipta Terbanyak 2015-2024' Kemenkum
UNJ Raih Penghargaan "Perguruan Tinggi dengan Permohonan Hak Cipta Terbanyak 2015-2024" Kemenkum
Edu
Kisah Elsa, Anak Marbot Masjid Masuk UGM Tanpa Tes dan Dapat Beasiswa
Kisah Elsa, Anak Marbot Masjid Masuk UGM Tanpa Tes dan Dapat Beasiswa
Edu
AS Hentikan Sementara Penerbitan Visa Pelajar, Bagaimana Nasib 'Awardee' LPDP?
AS Hentikan Sementara Penerbitan Visa Pelajar, Bagaimana Nasib "Awardee" LPDP?
Edu
Permendikdasmen Baru: Hasil TKA SD-SMA buat SPMB dan Masuk Jalur SNBP
Permendikdasmen Baru: Hasil TKA SD-SMA buat SPMB dan Masuk Jalur SNBP
Edu
Biaya Kuliah Institut Teknologi PLN 2025, Ada Gratis Kuliah sampai Lulus
Biaya Kuliah Institut Teknologi PLN 2025, Ada Gratis Kuliah sampai Lulus
Edu
Kisah Nuzula, Sudah Kuliah di FKG, Daftar FK Unesa dan Raih Skor UTBK Tertinggi
Kisah Nuzula, Sudah Kuliah di FKG, Daftar FK Unesa dan Raih Skor UTBK Tertinggi
Edu
Wamendikti Stella Hitung Peluang Timnas Indonesia Lolos Piala Dunia 2026
Wamendikti Stella Hitung Peluang Timnas Indonesia Lolos Piala Dunia 2026
Edu
Peraturan TKA SD-SMA Tahun 2025 Terbit, Ini Syarat Siswa dan Materinya
Peraturan TKA SD-SMA Tahun 2025 Terbit, Ini Syarat Siswa dan Materinya
Edu
Wamen Stella Hitung Peluang Timnas Indonesia Lolos Piala Dunia 2026, Pakai Rumus Probabilitas
Wamen Stella Hitung Peluang Timnas Indonesia Lolos Piala Dunia 2026, Pakai Rumus Probabilitas
Edu
Mendikdasmen Bahas Penerapan Pendidikan Dasar Gratis dengan Menkeu
Mendikdasmen Bahas Penerapan Pendidikan Dasar Gratis dengan Menkeu
Edu
Kisah Brian, Lulus Cumlaude Kedokteran UGM Hanya dalam Waktu 3,5 Tahun
Kisah Brian, Lulus Cumlaude Kedokteran UGM Hanya dalam Waktu 3,5 Tahun
Edu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau