"Lebih sulit yang bermain gamelan daripada membuat batik, tapi senang," ujar Freddy (24), mahasiswa pertukaran pelajar asal Korea.
Freddy mengaku baru tiga minggu belajar bahasa Indonesia. Dia terlihat masih terbata-bata mengucapkan setiap kalimat yang ia ucapkan.
Meski demikian, Freddy terlihat semringah dan berpikir keras setiap kali diberi pertanyaan berbahasa Indonesia.
Serupa dengan Freddy, Agnes (40) juga menyukai kelas membatik pada hari ini. Dia mengatakan sangat menyukai kain tradisional Indonesia itu, bahkan memiliki koleksinya.
"Kain batik sangat cantik, saya punya banyak di rumah," katanya.
Head of Continous Learning Department UMN Tria Febrita mengatakan, program pertukaran pelajar ini untuk melatih para siswa asing tersebut dapat berbahasa Indonesia.
"Program ini merupakan pertukaran mahasiswa asing belajar bahasa Indonesia. Tapi tidak hanya mahasiswa, juga orang umum. Seperti istri ekspatriat yang bekerja di sini," ucapnya.
Sementara Niknik M Kuntarto selaku koordinator BIPA UMN menambahkan, selain dilatih berbahasa Indonesia, mahasiswa tersebut juga diajarkan kesenian daerah, seperti membatik dan musik gamelan, tari, serta mendongeng dari cerita rakyat.
"Mereka juga belajar menari yang diajarkan sama anak-anak dari UKM tari UMN dan mendongeng cerita rakyat Indonesia. Besok ada acara keakraban, mereka akan tampil menari Saman," ujarnya.