Haikal, bocah berbadan gemuk itu memang baru saja mengikuti permainan bersama di lapangan sekolah. Matahari bersinar terik meski hari masih pagi, pukul 08.30. Lapangan SDN 40 memang belum lama diperbaiki, terkait program tersebut. Lapangan itu kini menjadi datar. Balok-balok bata membentuk paving block tersusun rapi.
Pelajaran mengenai gizi berlangsung di dalam kelas. Suasananya riuh. Haikal dan kawan-kawannya tampak gembira mengikuti sesi pelajaran yang diramu dengan nyanyian yel-yel hingga tanya-jawab penuh canda. "Saya tahu makanan panda. Pandan kan?" kata Haikal lantang disambut gemuruh tawa teman-temannya.
Siswa sekolah sepantaran Haikal memang membutuhkan asupan gizi yang seimbang. Yang juga paling penting adalah asupan sayuran dan buah-buahan. Makanya, analogi sederhana soal gajah dan panda yang berbadan besar karena suka makan sayur, bisa jadi menambah semangat Haikal dan kawan-kawannya mengonsumsi makanan dan minuman sehat.
Sementara, temuan yang juga unik dari pelajaran singkat 30 menit itu adalah soal kebiasaan jajan. Menurut pengakuan para siswa, makanan berbungkus plastik kian marak mereka jumpai. "Lontong di sini dibungkus plastik," kata Maudi, teman Haikal.
Lagi-lagi, mendengar komentar Maudi, siswa diajak untuk lebih memperhatikan soal kebersihan makanan sekaligus kepedulian pada penggunaan kemasan makanan dari pembungukus alami semisal daun pisang. Lepas dari itu semua, semangat siswa tetap terlihat bernyala. "Itulah mereka, tetap bersemangat," kata Manajer Cabang Trakindo Babel Azar Gautama yang juga aktif mendampingi siswa.
Selepas sesi tentang gizi, total 189 siswa SDN 40 dari berbagai kelas mengikuti sesi soal kesehatan gigi. Para siswa juga berkesempatan menyantap bubur kacang hijau. Mereka pun masing-masing mendapat bingkisan berisi antara lain buku dan alat tulis.
Catur
Pada bagian selanjut, seturut penuturan Kepala Sekolah SDN 40 Marlaili, tiga tahun silam, sekolah yang terletak di tanah seluas 200 meter persegi tersebut acap menjadi pembicaraan kurang baik. Pasalnya, saat hujan, halaman sekolah selalu terlanda banjir. Bangunan sekolah pun terlihat kumuh. Belum ada penggantian atap ruang sekolah. Cat dinding sekolah pun terkelupas di sana-sini.
Renovasi bertahap sampai dengan tahun ini membuat SDN 40 kini memunyai lima ruang kelas lebih baik dan nyaman buat para siswa. Sekolah itu pun sekarang memunyai jamban tersendiri yang dibangun agak terpisah dari ruang-ruang belajar. "Kami sudah memulai penghijauan di sekeliling sekolah dengan menanam pohon-pohon," kata Marlaili.
Pembenahan-pembenahan itu rupanya berbuah prestasi. Paling tidak, satu siswi kelas 6 di sekolah itu, Adnia Rianti Pradita menorehkan namanya sebagai pecatur andal pada berbagai kejuaraan catur sekolah dasar mulai dari tingkat lokal hingga nasional.
Adnia melanjutkan, saat duduk di kelas 2 pada 2010, Adnia meraih juara kedua lomba catur Provinsi Babel. "Itu pertama kali saya ikut lomba dan menjadi juara," kata siswi berambut lurus tersebut.
Selanjutnya, setahun berikutnya, Adnia menjadi nomor satu pada Kejuaraan Catur Standard Provinsi Babel. Lantaran itulah, Adnia dikirim berlaga ke Surabaya mewakili Provinsi Babel. "Pada November 2011, saya juga bertanding ke Palembang mewakili Babel," imbuhnya.
Kendati demikian, dengan berbagai penghargaan olahraga catur, Adnia sampai kini belum menempatkan pecatur sebagai cita-citanya. "Cita-citaku mau jadi dokter," katanya sumringah mengakhiri perbincangan.