"Blusukan" ala Jokowi dalam Gaya Kepemimpinan Adira Finance...

Kompas.com - 15/05/2014, 05:20 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Kegiatan berbagi pengalaman pemimpin kembali berlangsung di Kampus Bina Nusantara (Binus) Business School, Rabu (14/5/2014). Kali ini, acara "CEO Speaks on Leadership" menghadirkan President Director & CEO PT Adira Dinamika Multifinance Willy Suwandi Dharma.

Di hadapan para mahasiswa Binus, bermacam hal dipaparkan oleh Willy, termasuk ciri seorang leader atau pemimpin. Ia mengatakan, pemimpin yang profesional adalah mereka yang memiliki sikap disiplin dan tanggung jawab terhadap perusahaan dan karyawan, serta mampu membuat suatu keputusan.

"(Bagi) setiap leader di Adira Finance, yang kami terapkan disiplin dan profesional," kata Willy, saat berbicara di The Joseph Wibowo Center (JWC) lantai 3, Kampus Binus, Senayan, Jakarta, Rabu malam. Kedua sikap itu, ujar dia, diterapkan oleh semua kepala cabang Adira di seluruh pelosok Tanah Air.

Tidak mudah bagi para kepala cabang, ujar Willy, menangani puluhan ribu costumer Adira dan mengelola aset yang nilainya mencapai triliunan rupiah. "Kepala (kantor cabang) kami meng-handle 30 ribu accounts, dan me-manage sekitar Rp 2 triliun (nilai) aset. Kalau kepala cabang kami tidak bisa memainkan peran seperti ini, mungkin Adira Finance tidak bisa seperti sekarang ini," kata dia.

Dalam memimpin, imbuh Willy, Adira tak hanya mengejar sisi kecerdasan intelektual dari para karyawannya. Mereka juga mencari cara untuk mengedepankan kecerdasan emosional dan spiritual karyawan. Salah satu cara yang ditempuh, sebut dia, setiap pagi ada acara doa bersama.

"Anda kalau datang jam 8 pagi, itu ada doa pagi di setiap kantor kami," ujar Willy. Dalam pekerjaan, Willy mengatakan, Adira menerapkan suasana kerja yang nyaman bagi karyawan. Dengan pendekatan semacam itu, kata dia, bisa terbangun rasa kebersamaan yang kuat.

"Yang membuat karyawan stay, itu kedekatan yang kita bangun. Dengan membangun kultur yang kuat, militansi yang kuat, kebersamaan yang kuat, kita bisa hindarkan hal-hal yang sifatnya negatif," ujar Willy.

Ala Jokowi

Willy memaparkan pula kepada para mahasiswa Binus, peran seorang pemimpin tidak hanya berada di dalam kantor. Pemimpin, kata Willy, perlu turun ke lapangan untuk mengecek langsung bermacam kegiatan perusahaan.

Model kepemimpinan memeriksa langsung kegiatan perusahaan itu, sebut Willy, bak cara Gubernur DKI Jakarta dan blusukan-nya. "Kalau Pak Jokowi kan blusukan, nah kepala cabang kami harus hands on. Saya pun harus blusukan juga, supaya saya mengetahui persis apa yang terjadi di lapangan," ujar Willy.

Ditemui Kompas.com seusai acara tersebut, Willy menyatakan, model ala blusukan ini sebenarnya telah ada pada kepemimpinan di Adira sebelumnya. Namun, dia mengaku lebih intens menerapkannya.

"Itu untuk memberikan contoh yang di bawah. Jadi kami tidak hanya mendapatkan informasi 'asal bapak senang'. Kami mesti ngecek, apakah itu mengenai strategi, eksekusi di lapangan, itu seperti apa," ujar Willy.

Kendati demikian, Willy mengatakan bukan berarti pemimpin melulu harus berada di lapangan. Hal seperti itu menurutnya juga harus diimbangi dengan perencanaan dan manajemen yang matang.

"Perbandingannya, 70 persen kita bergelimang dengan strategi, 30 persen kita tetap harus turun ke lapangan," ujar Willy. Adira Finance ini memiliki 28.000 pekerja tetap dan 5.000 pegawai kontrak. Perusahaan pembiayaan ini menangani 3,3 juta pelanggan aktif dan menarget 5,2 pelanggan potensial.

Willy mengatakan, selalu ada kesempatan untuk menjadi pemimpin. Tidak ada yang mustahil, termasuk soal peluang menjadi pemimpin ini. "There is always oportunity. Enggak harus jadi leader di perusahaan. Bisa juga menjadi pemimpin di rumah dan masyarakat. Resepnya, banyak belajar dan banyak mendengar," papar Willy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau