Guru Didorong Bekerja dalam Tim

Kompas.com - 04/11/2014, 18:35 WIB
BANDUNG, KOMPAS.com — Ketika guru bekerja dalam tim, pemahaman dan penerapan Kurikulum 2013 menjadi lebih cepat. Mereka bisa saling melengkapi dan mengingatkan secara sinergis dalam praktik mengajar di dalam ataupun di luar kelas.

Demikian antara lain testimoni guru dalam pelatihan praktik mengajar yang diselenggarakan oleh The United States Agency for International Development- Prioritizing Reform, Innovation and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers (USAID Prioritas) dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), di Bandung, Senin (3/11).

”Saya merasa berhasil melakukan inovasi pembelajaran karena dua hal. Pertama, kami mempersiapkan secara matang hingga larut malam. Kedua, kami
bekerja dalam tim sehingga bisa saling melengkapi dan mengingatkan,” ungkap Dessy Damayanti, guru Bahasa Indonesia SMP Lab UPI Bandung, seusai praktik mengajar di SMP 12 Kota Bandung.

Praktik mengajar merupakan bagian penting dari rangkaian empat hari pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran
di SD dan SMP. Saat itulah guru menerapkan cara-cara baru.

”Kami bekerja sama dengan UPI meningkatkan kapasitas sekolah dalam hal pembelajaran dan manajemen. Kali ini, guru-guru di sembilan sekolah Lab dan binaan UPI dilatih guna meningkatkan mutu proses pembelajaran dan proses evaluasinya,” papar Erna Irnawati, koordinator USAID Prioritas Jawa Barat.

Fokus pelatihan

Chaerul Rochman, anggota staf USAID Prioritas Jawa Barat, menjelaskan, pelatihan itu difokuskan pada cara mengelola pembelajaran secara efektif, memahami Kurikulum 2013, merumuskan pertanyaan tingkat tinggi dalam membuat lembar kerja, dan mengembangkan penilaian autentik. Peserta juga didorong untuk memperhatikan jender, melayani perbedaan individu, dan mendorong literasi lintas kurikulum.

”Tadinya, saya apriori dengan Kurikulum 2013. Kesannya K-13 (Kurikulum 2013) itu merepotkan dan berat penerapannya. Namun, setelah ikut pelatihan ini, ternyata mata saya mulai terbuka mengenai K-13. Saya kini yakin bisa menerapkan K-13 setahap demi setahap,” kata Sapto Utami, dari SDN 1 Kayuambon, Bandung.

Tuti Kustami, guru IPS di SMPN 12 Bandung, menyatakan, dirinya puas melihat para murid senang dan sangat antusias. Pada saat evaluasi, murid menyatakan ingin belajar dengan cara itu lagi.

”Pada awalnya, agak sulit memancing murid untuk bertanya, tetapi kemudian setelah ada salah seorang murid yang bertanya, murid lain jadi berani mengajukan pertanyaan. Akhirnya, pendekatan ilmiah terwujud semua,” tutur Wiwin Sriwulan, guru IPA SMP Lab UPI.

Antusias

Enung Rini Riani, guru Bahasa Inggris SMPN 3 Lembang, menuturkan juga pengalamannya. Menurut dia, anak-anak tampak antusias melakukan pengamatan di luar kelas. Lingkungan sekolah menjadi sumber belajar yang menggiatkan anak-anak.

Murid-murid tampak terkesan dengan tahap-tahap pembelajaran yang disajikannya. Semua murid tampak aktif belajar mengamati.

”Pemajangan karya murid juga membuat murid merasa dihargai. Dari praktik mengajar yang kami lakukan, kami bisa membayangkan upaya kreatif apa yang perlu dilakukan ke depan,” ujar Dwi Haryanto, guru Matematika di SMP Lab UPI. (DMU)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau