Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politikus Minim Pendidikan Politik

Kompas.com - 04/11/2014, 19:43 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Para profesional tidak pernah diperbolehkan menjalankan profesinya tanpa pendidikan yang teruji. Akan tetapi, regenerasi politikus nasional yang mempunyai tanggung jawab dan fungsi vital bagi kehidupan masyarakat selama ini justru diselenggarakan tanpa dukungan pendidikan politik, sekalipun pada tingkat elementer dan minimal.

Demikian dikemukakan sosiolog Ignas Kleden dalam bedah buku Mendidik Pemimpin dan Negarawan: Dialektika Filsafat Pendidikan Politik Plato dari Yunani Antik Hingga Indonesia yang ditulis A Setyo Wibowo, SJ dan Haryanto Cahyadi, Senin (3/11), di Balai Agung, Kantor Gubernur DKI Jakarta. Acara ini dibuka Pejabat Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama dengan narasumber Ignas Kleden dan KH Husein Muhammad serta Jaya Suprana selaku moderator.

”Buku tentang Plato ini hadir memperingatkan kepada kita bahwa ini keadaan ironis yang tidak lucu, yang berakibat pada tercorengnya martabat politisi yang mempunyai tanggung jawab dan fungsi vital bagi kehidupan masyarakat,” tutur Ignas.

Pada abad V sebelum masehi, Plato dalam bukunya Politeia atau The Republic dalam versi bahasa Inggris telah menguraikan tentang pentingnya pendidikan untuk politik, tentang asas dan metode pendidikan bagi para calon pemimpin atau negarawan, dan tentang hubungannya di antara jenis pengetahuan dan pola tingkah laku dalam politik dan kebudayaan. Menurut Ignas, pendidikan bertujuan melahirkan orang-orang yang sempurna dalam perkembangan bakat-bakatnya.

”Plato bercita-cita bahwa negara hendaknya dipimpin oleh orang-orang yang berpendidikan memimpin dan mempunyai pengetahuan mengenai kebaikan. Seorang pemimpin negara adalah perpaduan antara filosof dan raja atau philosopher-king,” ujarnya.

Setyo Wibowo mengatakan, sejak dulu Plato telah mengajarkan bagaimana mendidik calon pemimpin melalui pendidikan karakter, khususnya bagaimana melatih sensibilitas.

”Kita berkaca pada pendidikan masa lampau bahwa yang terpenting adalah pendidikan karakter dan bagaimana mengimplementasikannya. Menurut Plato, definisi seorang pemimpin adalah orang yang dipaksa untuk turun tangan. Sebenarnya, orang baik tidak berminat pada kekuasaan, tetapi karena situasi mengharuskan, ia akhirnya terjun,” ungkap Setyo.

Kekuasaan juga bukan sesuatu yang harus dikejar, tetapi diperjuangkan demi kepentingan orang lain. Hal ini tidak mudah karena kebanyakan pemimpin sekarang sekadar ingin berkuasa hanya karena uang dan kehormatan.

Basuki Tjahaja Purnama menegaskan, pemimpin harus berani memutuskan tanpa keragu-raguan. Ia juga harus bisa melihat dan tahu bagaimana harus bersikap dalam segala situasi dan kondisi. (ABK/IAM)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com