Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ingat... Sukses Bukan Sekadar IPK Tinggi!

Kompas.com - 05/05/2015, 17:56 WIB
Adhis Anggiany Putri S

Penulis

KOMPAS.com — Dunia semakin membutuhkan manusia-manusia kreatif, proaktif, dan berintegritas. Karena itu, para lulusan perguruan tinggi diharapkan memiliki kompetensi tersebut sehingga Indonesia mampu bersaing di tingkat internasional. Tuntutan kompetensi itu menyangkut aspek teknis atau hard skill dan non-teknis atau soft skill.

Survei National Association of College and Employee (NACE) di Amerika Serikat pada 2002 mengungkapkan fakta mengejutkan. Dari 20 kriteria penting seorang juara, indikator "IPK tinggi" hanya menempati urutan ke-17. Ternyata, menurut survei tersebut, indikator terpenting dari seorang juara adalah kemampuan komunikasi, integritas, kerja sama, dan etika.

Tak hanya itu. Bahkan, hasil penelitian Universitas Harvard menunjukkan bahwa kesuksesan seseorang tidak semata ditentukan oleh pengetahuan dan keterampilan teknis (hard skill), tetapi juga keterampilan mengelola diri dan orang lain (soft skill). 

Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa hard skill hanya menentukan 20 persen kesuksesan sesorang. Adapun sisa 80 persennya ditentukan oleh kemampuan soft skill

Sementara itu, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa saat mengawali kariernya para lulusan perguruan tinggi kerap menemui kesulitan beradaptasi dengan lingkungan kerja. Selain masalah aplikasi teori perkuliahan dalam praktik kerja, mereka juga bergelut dengan masalah komunikasi intrapersonal. Alhasil, motivasi kerja menurun dan penurunan kualitas kerja bisa saja terjadi.

Peran penting perguruan tinggi

Perguruan tinggi seyogianya mampu mengambil peran sebagai jembatan antara pendidikan dan dunia kerja. Sebagai pemasok utama SDM siap kerja, mereka harus mulai menyinergikan kebutuhan aspek teknis dan non-teknis dalam kurikulum pembelajaran. 

Agustinus Nicolaas Hillebrandes Oroh atau Nico, Head of Undergraduate Program of Marketing di Fakultas Business Binus International, kepada Kompas.com, Rabu (22/4/2015), di kantornya, memaparkan pentingnya pengembangan aspek non-teknis dalam pembelajaran di perguruan tinggi. 

"Misi kita melatih mahasiswa untuk menjadi decision maker dan entrepreneurs sehingga mereka punya kualitas untuk masuk ke top management level, misalnya CEO, president director, dan lain-lain," tutur Nico. 

Karena itu, lanjut Nico, semakin tinggi posisi seseorang dalam piramida organisasi, semakin tinggi pula tuntutansoft skill-nya. Pada posisi manajerial, dia harus berinteraksi dengan banyak orang, mengambil keputusan penting, mengendalikan bawahan, kerja sama tim, juga menentukan prioritas. 

"Di posisi itu, dia dituntut mampu mengelola berbagai keadaan dan orang-orang dengan berbagai karakter dan kepribadian. Saat itulah soft skill-nya diuji," tutur Nico. 

Nico menambahkan, dalam menjembatani kebutuhan dunia kerja, perguruan tinggi wajib memiliki rancangan kurikulum yang mengedepankan penggunaan teori.

"Di program S-1, kami punya mata kuliah wajib, yaitu Business Simulation. Di situ mahasiswa diajarkan bagaimana memakai ilmu yang dipelajari. Bentuknya case study menggunakan internet dan ada lisensinya," kata Nico.

Mata kuliah Business Simulation terintegrasi dengan semua program di Binus International. Perkuliahan untuk program S-2 bahkan lebih banyak membahas tentang aplikasi teori yang sedang diajarkan.

"Kadang kita mendiskusikan tentang bagaimana mengaplikasikannya di situasi perusahaan dia. Dosen malah jadi konsultan gratis," ujarnya. 

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com