KOMPAS.com - Nyaris tak berkedip.Wajah Irvan Nauval tampak serius mematut ke arah komputer di depannya. Ia bersiap membongkar komputer tersebut.
Di kelasnya, setiap siswa memang mendapatkan akses pada satu unit komputer yang telah dibaringkan dan siap dibedah. Sebelum membongkar, ia dan teman-temannya sudah menerima penjelasan tentang bagian komputer itu secara teliti dan rinci.
"Senang sekali. Kami diajari cara merakit motherboard," ujar Irvan, siswa kelas 11 SMK Yayasan Pendidikan Teknologi (YPT), Banjarmasin, Kalimantan Selatan, saat ditemui KOMPAS.com di acara peresmian Rumah Belajar Samsung (RBS) di SMK YPT.
RBS merupakan hasil kerjasama SMK YPT, PT Samsung Electronics Indonesia, dan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB). Ada empat kelas diperkenalkan pada hari pertama rumah belajar ini dimulai, yaitu kelas IT, audio visual, elektro, dan gadget. Di setiap kelas, sekitar 20 siswa menyimak materi pelajaran sekaligus melakukan mempraktikkan langsung peralatan canggih dan sepintas "tidak main-main" itu.
Siswa sedang mempelajari perangkat komputer secara rinci.
Di kelas gadget, siswa dengan seru mengutak-atik perangkat kerja elektronik. Para siswa sedikit demi sedikit membiasakan diri mereka di sekitar perlengkapan elektronik yang kelihatannya begitu rumit sambil mendengar penjelasan dari sang guru.
Kelengkapan tersebut ditambah dengan SamsungSmart Library. Ada 20 unit Samsung Galaxy Tab ditempatkan pada empat meja besar. Siswa dengan leluasa saling berbincang dan belajar di antara perangkat itu. Menurut salah satu dari mereka, fasilitas tablet tersebut dapat dimanfaatkan untuk browsing dan membaca buku elektronik, terlebih buku-buku yang selama ini sulit didapatkan.
"Saya ingin menjadi pribadi yang lebih baik dengan mengembangkan kemampuan saya. Saya sangat menghargai jika fasilitas seperti ini sampai ke Banjarmasin, tidak hanya di Pulau Jawa atau Jakarta pada khususnya. Kami anak Banjarmasin juga ingin berkembang," ujar Irvan lagi.
Bangkitkan semangat belajar
Keputusan menghapuskan mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) serta Keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi (KKPI) dalam kurikulum 2013 rasanya seperti menciptakan sebuah kekosongan besar dalam sistem pendidikan Indonesia. Keputusan tersebut seolah memukul mundur kemajuan bagi para pemuda Indonesia.
Terlebih keputusan itu keluar jelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di akhir 2015, yang secara otomatis mendorong Indonesia bersaing dengan tenaga asing profesional dari berbagai negara. Jika generasi muda "gagap teknologi", dikhawatirkan mereka hanya akan menjadi konsumen yang duduk berpangku tangan.
Sebuah fakta saat ini, bahwa para pemuda Indonesia haus akan pendidikan yang didukung teknologi, seperti yang terlihat pada Irvan, Hasratnya besar untuk menggali kemampuannya dalam bidang teknologi. Ia mengaku, cita-citanya ingin meningkatkan infrastruktur internet Indonesia.
Zaman sekarang, tak dapat dimungkiri, banyak orang tua khawatir dengan pergaulan anak-anak remajanya saat ini. Jika pemuda usia produktif dibiarkan menganggur, kemungkinan besar kreativitas mereka akan terbawa ke arah negatif. Diperlukan wadah untuk membangun potensi dan memberdayakan kemampuan mereka.
RBS Banjarmasin seakan membuka kesempatan bagi siswa daerah mencicipi lebih jauh beragam teknologi yang beredar. Kurikulum RBS diintegrasikan dalam kegiatan ekstrakulikuler SMK YPT, memadukan antara pendidikan formal dan non-formal.
Selain itu, melalui program bina lingkungan, RBS juga mengajak warga sekitar untuk bergabung dengan gratis. Selama sembilan bulan ke depan mereka yang ikut serta akan mendapat pendidikan elektronik dan softskill untuk menjadi tenaga kerja siap pakai serta wirausahawan.