"Merasakan bagaimana bumi itu sebelum dijamah manusia dan saya 'menemukan' bumi ini. Sebagai seniman, saya mencoba menghormati perspektif mereka, yaitu para ilmuwan, pengamat, ahli geologi, dan filsafat. Tetapi, dalam proses membuat karya itu, saya harus lebih dulu melupakan semua yang saya tahu tentang bumi," ujar Manuela Wijayanti atau akrab disapa Ellawijt melalui surat elektroniknya kepada Kompas.com, Senin (27/7/2015).
"Bahwa sebagai manusia itu rasa ingin tahu kita tak boleh berhenti di satu titik ketika kita sudah mendapatkan apa yang kita cari, tetapi juga harus menjaga hal-hal yang belum kita tahu dan memohon petunjuk bumi untuk tahu lebih banyak lagi untuk membentuk perspektif kita, menjadi manusia yang kreatif," ujar Ellawijt.
"Jangan berhenti bertanya dan menemukan jawaban dengan cara menghargai makhluk satu sama lain. Cobalah lakukan apa yang menurut kita tak mungkin berhasil. Proses itu penting, bahkan lebih penting dari hasil," kata peraih beasiswa di Nanyang Academy of Fine art, Singapura, pada 2013 lalu itu.
Selain Ellawijt, mahasiswa lain asal Indonesia yang meraih penghargaan bergengsi tahun ini adalah Leonard Suryajaya lewat karya fotografi. Leonard meraih penghargaan The Claire Rosen and Samuel Edes Foundation Prize for Emerging Artists.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.