Demikian hal itu mengemuka dalam kunjungan para guru-guru Indonesia ke Pratomsuksa Thammasat School, Bangkok, Thailand, dalam rangka 'School Executive Excursion 2015' yang digelar Binus University. Pratomsuksa merupakan sekolah dasar negeri yang tercatat sebagai sekolah negeri nomor satu di Bangkok. Sekolah tersebut menerapkan program bahasa Inggris secara khusus di luar jam biasanya seperti di Indonesia, yaitu 18 jam seminggu.
"Coba dibayangkan. Jika Anda orang Thailand, Anda tentu bisa membaca dan menulis, dan semua orang di Thailand akan memahami saat mendengarkan Anda berbicara atau menulis. Tapi, ketika Anda keluar Thailand, lalu Anda berbicara, semua orang pasti memiliki waktu yang sulit untuk memahami Anda," ujar Dr Naree Kuharuengrong, Kepala Sekolah Pratomsuksa Thammasat School, saat membuka diskusi, Senin (31/8/2015).
"Seringkali terjadi, ketika sekolah di Thailand mengajarkan bahasa Inggris yang tidak memberikan pelajaran keterampilan berbicara, kita pun bertanya-tanya mengapa banyak warga Thailand yang malu berbicara dalam bahasa Inggris. Berbicara merupakan keterampilan bahasa Inggris penting. Itu yang kami tekankan di sini," tambahnya.
Untuk tujuan tersebut, Pratomsuksa menggandeng Vantage Siam, yaitu lembaga yang mendapat izin dari Cambridge English Language Assessment Centre untuk memberikan program dan kurikulum bahasa Inggris di sekolah itu. Di sekolah ini Vantage menawarkan program pelatihan dan tes bahasa Inggris, e-Learning program dan lainnnya.
Yang unik, mereka memperkenalkan 'Picaro', konsep pembelajaran bahasa Inggris dasar melalui game yang tersertifikasi oleh Cambridge's Young Learning English. Lewat program game tersebut, anak-anak bisa belajar 1.200 kata dalam kurikulum empat tingkat berdasarkan 960 game yang disediakan Picaro.
"Berbicara adalah keterampilan satu bahasa yang tidak bisa begitu saja Anda pelajari secara online. Anda perlu seorang guru, dan sebaiknya penutur asli untuk model pelajaran lewat suara. Nah, konsep Picaro ini membantu anak-anak mendapatkan hal itu, lewat game ini," kata Naree.
Tahun ini Binus University menggelar 'School Executive Excursion 2015' dengan membawa tak kurang 50 guru SMA negeri dan swasta dari beberapa daerah di Indonesia. Studi banding tersebut dilaksanakan selama tiga hari di Bangkok dan Pattaya untuk mengenal kurikulum dan metode pembelajaran dari beberapa sekolah di kedua kota di Thailand itu.
"Kami hanya memfasilitasi sekolah-sekolah ini saja. Kami hanya melihat bahwa ini adalah kesempatan besar bagi sekolah-sekolah tersebut untuk mengenal dunia luar, mengambil pengalaman dari dunia lain secara langsung. Bagaimana penerapannya, semua akan kembali ke cara masing-masing nanti sepulang ke Indonesia," ujar Prof Harjanto Prabowo, Rektor Binus University.
Menurut dia, tidak semua metode pembelajaran didapatkan guru atau dosen hanya dari buku atau internet. Menerima knowledge sharing dan berdiskusi aktif dari pengalaman orang lain sangat bermanfaat dan tidak bisa disepelekan.
"Di sini mereka bisa lebih aktif, bertanya langsung apa yang selama ini menjadi masalah mereka di sekolah masing-masing dan menemukan solusinya langsung," ujar Harjanto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.