KOMPAS.com — Sepak terjang Indonesia di Asia Tenggara lekat dengan perannya sebagai anggota ASEAN. Wajar, melihat posisi sebagai salah satu penggagas berdirinya lembaga ini pada 8 Agustus 1967 di Bangkok.
Indonesia beberapa kali memegang tampuk kepemimpinan ASEAN. Banyak juga ide tercetus, seperti aturan tentang perlindungan hak asasi manusia, pembentukan komunitas keamanan se-Asia Tenggara, serta anjuran adanya pergelaran budaya secara berkala.
Namun, sebenarnya prestasi Indonesia tidak melulu berada dalam lingkupnya sebagai anggota ASEAN. Di bidang ekonomi, Indonesia merupakan bagian dari anggota aktif Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC).
APEC memfasilitasi interaksi bisnis dan kebijakan ekonomi bagi pertumbuhan ekonomi antarnegara Asia Pasifik. Kedudukan Indonesia menonjol pada 1994, yaitu ketika berperan sebagai ketua sekaligus tuan rumah penyelenggaraan APEC.
Saat itu pula lahir kebijakan Bogor Goals terkait perdagangan dan investasi internasional. Sampai kini, kebijakan itu masih menjadi acuan dan ukuran pencapaian bagi para pemimpin APEC.
Pada 2011, Indonesia ikut serta dalam upaya perdamaian Kamboja dan Thailand. Dilansir dari Kompas.com, Menteri Luar Negeri (Menlu) saat itu, Marty Natalegawa, melakukan shuttle diplomacy tepat satu hari setelah terjadinya baku tembak antara kedua negara. Marty menemui Menlu Kamboja Hor Nam Hong dan Menlu Thailand Kasit Piromya untuk membicarakan langkah penyelesaian konflik.
Hal itu bukan yang pertama kalinya. Pada 1988 dan 1989, Indonesia menggagas Jakarta Informal Meeting menyikapi konflik antara Kamboja dan Vietnam. Menlu Mochtar Kusumaatmadja disusul Menlu Ali Alatas membawa perwakilan negara tersebut untuk berdiskusi menyelesaikan masalah dalam suasana informal.
Setelahnya, Indonesia pun sering terlibat sebagai mediator dalam perdamaian konflik, seperti antara pemerintah Filipina dan Front Pembebasan Islam Moro tahun 1996. Baru-baru ini, Tanah Air dengan tangan terbuka menerima ribuan pengungsi Rohingya serta terus berusaha membawa mereka yang masih berada di laut untuk berlabuh. (Baca juga: Lagi, Ratusan Pengungsi Rohingya Tiba di Aceh).
Pada sektor pendidikan dan kebudayaan, Indonesia tergabung dalam South East Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) atau Organisasi Menteri-menteri Pendidikan di Asia Tenggara yang berdiri sejak 1965. Organisasi ini bertujuan meningkatkan kerja sama regional serta memajukan sumber daya manusia dalam bidang pendidikan, ilmiah, dan kebudayaan.
Selain Indonesia, SEAMEO juga beranggotakan Brunei, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Ditambah 8 negara dari seluruh dunia selaku Anggota Asosiasi dan 4 lembaga sebagai Anggota Afiliasi.
Selama lima dekade, Indonesia dan SEAMEO melakukan kerja sama melalui berbagai Regional Centre, seperti pusat penelitian biologi tropika (SEAMEO BIOTROP), pusat pengajaran guru dan tenaga pendidikan (SEAMEO QITEP), serta pusat penelitian makanan dan nutrisi (SEAMEO RECFON). Masing-masing lembaga ini fokus membantu peningkatan kesejahteraan negara-negara di Asia Tenggara.
SEAMEO BIOTROP, misalnya, pusat penelitian ini menilik masalah lingkungan dan biodiversitas di Indonesia. Program nyata lembaga ini salah satunya berbentuk penghijauan dengan menanam 3.000 pohon bersamaan dengan pembangunan perumahan Graha Natura di Surabaya. (Baca juga: Bangun Graha Natura, Intiland Tanam 3000 Pohon)
Keterlibatan Indonesia dalam beragam kerja sama ini membuktikan bahwa ketajaman taring Indonesia tidak hanya berada pada cakupan ASEAN. Peran sertanya mampu mengatasi banyak persoalan luar negeri sekaligus memberi kemajuan di dalam negeri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.