KOMPAS.com – Tujuan utama pendidikan adalah meningkatkan taraf hidup manusia. Biasanya, kualitas hidup seseorang akan berbanding lurus dengan tingkat pendidikan yang dienyam.
Keyakinan itu menjadi salah satu motivasi bagi sebagian orang untuk melanjutkan pendidikan hingga sarjana. Harapannya, mereka bisa lebih mudah mendapat pekerjaan sekaligus berpenghasilan lebih baik.
Namun begitu, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan Tingkat Pendidikan Terbuka (TPT) di Indonesia terus mengalami kenaikan dari 5,94 persen di Agustus 2014 menjadi 6,18 pada Agustus 2015. Dari angka itu, sekitar 5,65 persen lulusan universitas pada Agustus 2014 menganggur.
Data lanjutannya bahkan lebih mengejutkan. Di bulan yang sama pada 2015, angka itu naik menjadi 6,40 persen.
Tepat guna
Mencetak sarjana sebanyak-banyaknya tentu bukan solusi bijak mengurangi tingkat pengangguran. Kemampuan universitas mencetak lulusan tepat guna sesuai kebutuhan industri menjadi syarat utama agar para sarjana itu terlepas dari belenggu pengangguran.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan konsolidasi dengan banyak perusahaan agar pembelajaran yang diterima mahasiswa di bangku kuliah sejalan dengan kondisi industri. Salah satu strategi bisa dilakukan perguruan tinggi adalah memaksimalkan pengalaman mahasiswa saat menjalankan program magang.
"Jangan sampai hanya jadi tukang fotokopi," ujar Agustinus Nicolaas Hillebrandes Oroh atau Nico, Head of Undergraduate Program of Marketing di Fakultas Business Binus International, kepada Kompas.com, Rabu (22/4/2015), di kantornya.
Nico menjabarkan, harus ada Standar Of Procedur (SOP) sebelum mahasiswa terjun magang di suatu perusahaan. Kesepakan tertulis perlu disetujui kedua belah pihak terkait daftar pekerjaan yang akan dilakukan mahasiswa selama proses magang.
"Mereka harus keliling departemen supaya mengerti cara dan teknik kerja, etika, dan cara berkomunikasi dalam tim. Jadi, nanti ketika lulus, mereka tahu kerja itu sebenarnya gimana," ujarnya.
Sejak 2014, Universitas Bina Nusantara (Binus) telah mewajibkan program "3 plus 1" agar mahasiswa bisa mendalami pengalaman bekerja yang sesungguhnya.
"Dinamai dengan "3 Plus 1" karena selama satu tahun mahasiswa Binus disalurkan untuk magang di perusahaan rekanan kami. Sisa tiga tahunnya baru dihabiskan di kampus," kata Prof Harjanto Prabowo, Rektor Universitas Binus kepada Kompas.com saat acara wisuda ke-52 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Kamis (30/7/2015).
Menurut Harjanto, program "3 plus 1" terbukti efektif sebagai media komunikasi dengan para pelaku industri. Tercatat, 82 persen dari 3.148 wisudawan Binus pada Desember 2015 sudah bekerja sebelum dilantik menjadi sarjana. Dari angka ini, sebanyak 14 persen menjadi entrepreneur.
"Industri pada dasarnya juga butuh SDM. Makanya mereka sangat bersemangat ketika kami menawarkan kerjasama ini. Tapi, tentu kami pun harus berhati-hati. Mahasiswa perlu disiapkan matang-matang," ujarnya.
Kerja keras Binus pun turut mendapat pengakuan dari Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah III. Pada Rabu (2/12/2015) lalu, Binus meraih gelar "Perguruan Tinggi Swasta Terbaik 2015".
Sebanyak 7 kategori dimenangkan, yaitu untuk pembinaan mahasiswa, pengembangan dosen, pengembangan kerja sama, tata kelola, riset dan pengelolaan, bidang teknik, dan komputer.
"Binus tidak mengira akan mendapatkan penghargaan. Namun kita sangat bersyukur, terutama dapat memberikan semangat kepada teman-teman, para Binusian, dosen, bahwa kita dihargai dan lebih semangat supaya nanti perjalanan kita sampai 2020 menjadi makin baik," ucap Harjanto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.