Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Musuh Bersama Itu adalah Plagiat...

Kompas.com - 04/04/2016, 14:37 WIB
M Latief

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tidak semua civitas akademika sadar akan pentingnya menulis. Lebih penting lagi, minimnya kesadaran untuk menghasilkan karya tulis yang orisinil.

"Menulis itu ternyata mudah dan menyenangkan, apalagi bisa dibaca banyak orang, tentu suatu kebanggaan. Tapi, tidak jarang tulisan disusun berdasarkan ide orang lain, kemudian diklaim menjadi ide penulis. Padahal, mencatut ide tanpa menyebutkan sumbernya adalah plagiasi," ujar Ani Wilujeng Suryani, staf pengajar di Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang, dalam kesimpulan seminar academic writing bertajuk 'Strategi Menyusun Karya Ilmiah tanpa Plagiasi' di Universitas Widyagama Malang, Minggu (3/4/2016).

Kandidat PhD di University of South Australia itu mengakui, perlu cara untuk menularkan semangat menulis pada dosen dan mahasiswa agar mampu berkarya dalam bentuk tulisan ilmiah. Penularan semangat itu termasuk tentang pentingnya orisinalitas ide membuat tulisan.

Pasalnya, lanjut dia, banyak kasus karya seseorang yang telah dipublikasi ternyata terdapat plagiasi. Bahkan, terjadi pada para akademisi bergelar profesor atau doktor.‎ Untuk itu, plagiat harus dijadikan musuh bersama para akademisi.

"Menyampaikan gagasan lewat lisan itu dibatasi oleh ruang dan waktu. Hanya segelintir orang bisa mendengarnya. Tapi, lewat tulisan, kita bisa dikenal banyak orang. Boleh secara fisik tidak berpindah dari rumah dan kantor, tapi ide dan gagasan bisa dibaca oleh orang lain, yang mungkin belum tentu kita mengenalnya," tutur Ani.

Sementara itu, menurut Kepala Program Studi Akuntansi Universitas Widyagama, Dr Ana Sopanah, banyaknya kasus plagiasi yang dilakukan akademisi dan tokoh publik jelas melanggar Undang Undang Hak Kekayaan Intelektual (UU HKI). Menurut dia, kode etik kekayaan intelektual tidak hanya berlaku pada tulisan, namun juga berlaku pada semua karya cipta, seperti musik, video, dan lainnya.

"Dan ternyata, kita tanpa sadar sering menikmati karya-karya itu dengan cara pembajakan. Misalnya, mendengarkan musik yang didapat dengan mengunduh melalui internet," ujar Ana.

Untuk menghindari plagiasi dalam karya tulis, Ani memberikan tipsnya, yakni dengan cara quote, parafrase, dan summary.

"Anda perlu pandangan atau pendapat para ahli atau pakar di bidang yang akan kita tulis.  Dalam menulis juga perlu memasukkan ide dan pandangan si ahli tersebut," kata Ana.

Selain itu, menulis juga harus dilakukan dengan perencanaan. Berangkat dari ide dan gagasan, mengumpulkan fakta-fakta, melakukan riset dan menganalisanya, mencari informasi statistik dan sebagainya untuk dijadikan dalam perencanaan tersebut. Selanjutnya, penulisan diungkapkan dengan bahasa yang mudah dipahami.

"Dari situ kita akan menemukan beberapa konten yang harus diedit atau direvisi. Lalu, tahap terakhirnya peer review," ucap Ani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com