JAKARTA, KOMPAS.com - Belanda bukan hanya cerita tentang tulip, keju Gouda atau kincir angin. Juga bukan hanya tentang ikan Haring, poffertjes atau sekadar cerita usang kolonialiasme. Banyak hal lain tentang Belanda yang lebih dari sekedar "stereotip klasik" tersebut.
Belanda, negeri kecil di kawasan Eropa Barat ini, sebenarnya memiliki banyak keterbatasan. Fakta bahwa 2/3 dari tanahnya berada di bawah permukaan laut membuat orang Belanda harus berpikir dua atau bahkan tiga kali lebih keras untuk memastikan kaki mereka tidak basah dan rumah mereka tidak kebanjiran.
Memang, Belanda juga termasuk negara yang "miskin" sumber daya alam. Tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kekayaan alam luar biasa yang dimiliki Indonesia.
Legenda sepak bola Belanda, Johan Cruyff, pernah mengatakan: "Every disadvantage has its advantage"! Justru, keterbatasan itulah yang membuat Belanda 'terpaksa' berinovasi dan mengembangkan mentalitas sebagai pionir.
Belanda tidak punya pilihan kecuali menemukan cara untuk tetap survive.
Ada beberapa fakta ganjil tentang Belanda yang sebetulnya menarik dicermati. Posisi Belanda sebagai negara pengekspor produk pertanian nomor dua terbesar di dunia, misalnya. Ini agak sulit dibayangkan dapat terjadi pada suatu negara yang luasnya hanya 0.008 persen dari luas permukaan bumi.
Ya, Belanda dapat memanfaatkan kontur tanah super landai namun subur yang dipadukan dengan iklim yang mendukung. Lebih penting dari itu, supremasi sektor pertanian tersebut tidak mungkin ada tanpa dukungan tenaga kerja dan sumber daya manusia handal yang dihasilkan oleh berbagai perguruan tingginya.
Human capital
Wageningen University, universitas terbaik di dunia untuk bidang pertanian adalah gambaran betapa negara ini mengandalkan human capital sebagai modal utamanya.
"Ketidakberuntungan" dari sisi geografis juga memaksa Belanda untuk mau tidak mau menemukan cara menguasai kekuatan air laut yang setiap saat dapat menenggelamkan negeri yang rentang dari selatan ke utara hanya 300 km dan barat ke timur hanya 170km!
Sementara itu, Technische Universiteit Delft yang berada di kota tua yang cantik, adalah "etalase" keberhasilan Belanda dalam penguasaan teknologi pengelolaan air dan teknik sipil. Universitas teknik yang masuk urutan 20 besar perguruan tinggi terbaik dunia di bidang engineering adalah bukti bahwa kedigdayaan alam dapat ditaklukan oleh kedigdayaan inovasi dan kompetensi.
Keberhasilan Belanda di beberapa sektor strategis itu banyak didukung oleh kualitas pendidikan kelas dunia dan telah menjadikan negara itu sebagai salah satu tujuan utama studi para pelajar Indonesia.
Melalui program beasiswa Studeren in Nederlan (StuNed) misalnya, Pemerintah Belanda memberikan beasiswa untuk pelajar Indonesia yang ingin meneruskan studinya di Belanda. Bahkan, tepat di hari ini, Netherlands Support Office (Neso) sebagai pengelola beasiswa StuNed, mengumumkan hasil seleksi program master untuk tahun akademik 2016.
"Ada 60 orang pelajar Indonesia terpilih untuk menerima beasiswa bergengsi dari pemerintah Belanda ini untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi di Belanda di berbagai bidang seperti pertanian, hukum, ekonomi dan keuangan serta transportasi dan logistik," ujar Indy Hardono, Koordinator Tim Beasiswa Nuffic Neso Indonesia, Rabu (25/5/2016).
Beasiswa yang sangat kompetitif tersebut mencari calon pemimpin Indonesia masa depan yang memiliki keunggulan akademik dan keunggulan kompetitif lainnya.
"Di Belanda, negara yang paling Indonesia di luar Indonesia, para mahasiswa itu akan belajar mengubah segala keterbatasan menjadi keunggulan dan kedigdayaan," kata Indy.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.