Ini Klarifikasi Sinarmas World Academy soal Kisruh Pemecatan

Kompas.com - 01/06/2016, 14:45 WIB
M Latief

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Chairman of the BOD Sinarmas World Academy (SWA) Suhendra Wiriadinata menyatakan, tidak ada substansi sengketa seperti yang disebutkan Christovita Wiloto, salah satu orangtua murid di SWA, pada Selasa (31/5/2016) kemarin.

Kedua anak Christovita sudah bersekolah di SWA selama lima dan enam tahun sehingga sangat ironis jika ada pandangan buruk terhadap sekolah itu.

"Ini jelas tidak masuk akal. Keluarga Pak Christovita Wiloto di sekolah ini ada dua, yaitu di grade 10 dan 11. Jadi, tidak ada permasalahan atau keluhan dan komplain-komplain dari yang bersangkutan. Hanya satu saja yang menjadi trigger dari yang bersangkutan, yaitu biaya sekolah," ujar Suhendra di kantor Kompas.com, Rabu (1/5/2016).

Suhendra menuturkan, ihwal kasus Christovita Wiloto sudah terjadi sejak setahun lalu, yaitu terkait konfirmasi soal pembayaran uang sekolah, baik lewat skema early bird maupun skema normal. Pihak Christovita Wiloto terkena penalti dan yang bersangkutan keberatan soal hal itu.

"Sekolah kami kan punya kebijakan. Kami sudah sampaikan hal ini berkali-kali, sampai akhirnya yang bersangkutan sudah membayarnya, termasuk denda atau penaltinya," tutur Suhendra.

Suhendra meyakini persoalan itulah duduk pangkal sebenarnya terkait pemberitaan di Kompas.com, Selasa (31/5/2016), berjudul "Sinarmas World Academy Kembali Disorot, Mendikbud Didesak Bertindak". Terkait persoalan lain, seperti pemecatan guru dan lain-lain itu yang menuding pihak SWA melakukan tindak kesewenang-wenangan, Suhendra menyatakan justru banyak hal yang malah terjadi sebaliknya.

"Tidak ada pemecatan kepala sekolah atau mengundurkan diri, buktinya ada semua pada kami. Waktu itu orangtua murid datang bukan untuk berdemo, melainkan mempertanyakan organisasi sekolah dan itu bentuknya diskusi. Diskusinya juga berlangsung di sekolah dan kami mengambil keputusan cepat untuk menetapkan konsultan sebagai pendampingan untuk proses-proses transisi tenaga yang keluar," ujar Suhendra.

Deddy Djaja Ria, Business Manager Sinarmas World Academy, menambahkan bahwa terkait guru yang keluar, sebetulnya karena memang kontraknya habis. Proses itu, lanjut dia, adalah hal biasa, baik itu ada mutasi pengajar maupun perpindahan murid.

"Misalnya, kalau ada orangtua khawatir dan ingin memindahkan anaknya ke sekolah lain, tentu tidak masalah. Kami tidak otoriter. Tetapi, kalau sampai ada 200 anak murid itu keluar, ya tidak juga dan tidak pernah ada di sini. Kalau ada 200 murid keluar, kenapa anak yang bersangkutan tidak ikut keluar," ujar Deddy.

Tercatat di data pihak sekolah, menurut Deddy, anak-anak yang bersangkutan malah pernah aktif mengikuti kompetisi internasional sebagai delegasi SWA. Bahkan, dia menyebutkan, kedua anak Christovita Wiloto meraih prestasi.

"Mereka memenangi medali. Jadi, bagaimana bisa dikatakan kalau sekolah ini tidak berprestasi atau kualitasnya menurun. Itu dari mana," katanya.

Selain mengikuti berbagai kompetisi internasional, lanjut Deddy, tiap tahun para siswa SWA selalu menjadi langganan kompetisi di Singapura. Itu belum termasuk yang di Amerika Serikat dan di kawasan Asia lainnya. Tahun ini SWA sudah mengumpulkan 109 medali. 

Deddy mengatakan, sampai sejauh ini, pihak SWA tidak main-main menjalankan sistem pendidikan di sekolah tersebut. Bahkan, untuk urusan memilih tenaga pendidik, pihak SWA tidak berani asal "comot" seperti disebutkan pihak Christovita Wiloto.

"Permasalahan 2013 seperti yang disebutkan yang bersangkutan itu sudah selesai di tahun itu juga dan tidak ada yang kami sembunyikan," kata Deddy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau