Belajar dari "Si Bolang", bahwa Hidup Tak Melulu Soal Uang...

Kompas.com - 27/12/2016, 11:22 WIB

KOMPAS.com - Siapa tidak kenal Si Bolang? Bocah yang lincah dan gemar bertualang hingga ke pelosok Indonesia.

Sejak pertama kali tayang di Trans 7 pada Maret 2006, Si Bolang sudah menayangkan lebih dari 1.000 episode dan sudah mendapatkan banyak penghargaan. Salah satunya KPAI Award sebagai Program Ramah Anak.

Kini, seluruh tayangan Si Bolang tak hanya bisa dinikmati lewat televisi, tapi juga lewat buku. Seluruh episode tayangan ini akan hadir berseri dengan berbagai tema.

Beberapa waktu sebelumnya telah terbit 'Si Bolang Eduventure' yang bercerita tentang kehidupan Si Bolang di Papua, Si Bolang NTT, Si Bolang Jawa Tengah, dan Si Bolang Kaltim dan Kaltara.

Kali ini, giliran Si Bolangpedia yang sudah siap mengajak seluruh anak Indonesia berpetualang. Buku Si Bolangpedia berkisah tentang berbagai tema, antara lain cara bertahan hidup, melakoni permainan tradisional, beragam musik, dan tarian daerah. Semuanya asyik dan menarik!

Si Bolangpedia (Bertahan Hidup) misalnya, meliputi cara membuat pakaian, mengolah bahan makanan, membangun tempat tinggal, meracik obat-obatan, hingga cara meramu pestisida untuk mengusir hama. Tak ketinggalan cara merakit alat transportasi, membuat penunjuk arah, teknologi sederhana hingga pencahayaan. Hebatnya, semua kebutuhan ini bersumber dari alam!

Bertahan hidup

Buku ini sangat cocok untuk mengenalkan beragam kearifan lokal Indonesia pada anak-anak kita. Apalagi seluruh keberagaman itu diceritakan dari sudut pandang anak-anak dengan gaya bahasa yang sederhana.

Tentu, ini tak luput dari kepiawaian penulisnya, Johanna Ernawati, yang memang sudah belasan tahun menulis untuk Majalah Bobo. Sebagai daya tarik, buku ini juga dilengkapi gambar-gambar cantik yang akan membuat anak-anak betah menelusuri pulau demi pulau, dari ujung Sumatra hingga ke Papua.

Cerita dimulai dari Si Bolang yang diajak Pak Profesor untuk bertualang keliling Indonesia menggunakan pesawat kecil. Sayangnya, cuaca buruk menghantam pesawat mereka hingga Bolang dan Sang Profesor terdampar di sebuah pulau. Mampukah mereka bertahan dengan mengandalkan kekayaan alam?

Berangkat dari kisah itulah Bolang dan Pak Profesor mengajak pembaca berkenalan dengan anak-anak di Lebong Tandai, Bengkulu, yang memanfaatkan keasaman buah paung untuk mengawetkan ikan.

Mereka juga mengajari cara membuat rok tauri dari pucuk sagu bersama bersama teman-teman dari Mimika Barat. Lihat pula keseruan anak-anak Jambi memanfaatkan busa-busa buah lerak sebagai sabun mandi.

Sedang sakit gigi? Tak usah ke apotek. Kulit batang pohon ketapang bisa dimasak dan dijadikan obat kumur-kumur seperti yang dilakukan anak-anak di Papua Barat.

Mati lampu dan butuh penerangan? Coba saja membuat lampu dari minyak kemiri yang dibakar, seperti dilakukan teman-teman di Nusa Tenggara Timur.

Secara keseluruhan buku ini memberikan dua pelajaran penting untuk anak-anak, yaitu mencintai alam dan mencintai proses. Hidup memang tidak melulu mengandalkan uang, tetapi cukup dengan menjaga alam yang sudah menyediakan segala kebutuhan kita.

Tentu saja, semua itu membutuhkan sebuah proses panjang. Namun, proseslah yang akan mengajarkan anak untuk sabar, tidak gampang menyerah, kreatif, belajar menghargai sesuatu sehingga mampu bersyukur dalam keadaan apa pun.

Salam Bocah Petualang!

(YESSY SINUBULAN/KPG)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau