Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Memastikan Generasi Penerus Pahami Keberagaman Pangan Lokal

Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pertanian M.Syakir pemahaman ini penting lantaran konsumsi bahan pangan impor semakin tinggi.

"Kita sudah lebih 20 tahun memakan tepung impor. Ini yang harus kita ubah pelan-pelan," ujarnya (14/11/2018).

Ikhwal tepung impor, Syakir membeberkan catatan pihaknya sebagaimana termaktub pada laman biogen.litbang.pertanian.go.id.

Tepung terigu impor yang erat kaitannya dengan produk makanan siap saji mi instan mengalami kenaikan terus-menerus pada tingkat konsumsi. Tiap tahun, konsumsi rata-rata satu orang Indonesia akan terigu naik satu kilogram.

Pada 2008, konsumsi terigu nasional ada di posisi 15,5 kilogram per tahun per orang Indonesia. Pada 2018, angka tersebut berubah menjadi 25 kilogram per tahun per orang Indonesia pada 2018.

"Tingkat konsumsi yang tinggi meningkatkan impor namun menjadi beban bagi negara," kata Syakir.

(Baca: Mi Instan Jadi Candu Dunia, Indonesia Nomor 2 Pengonsumsi Tertinggi)

Alasannya, edukasi terus-menerus tentang hal itu pada akhirnya akan menumbuhkan pemahaman bahwa bahan pangan lokal bisa menjadi sumber memadai untuk meningkatkan konsumsi pada produk sendiri.

Syakir menunjuk pergelaran Pangan Lokal Fiesta beberapa waktu lalu di Bogor bisa menjadi salah satu cara.

"Enak mi-nya. Lebih enak dari mi yang biasa," kata salah satu siswi SD Tugu Rimba, Malika.

Berangkat dari hal tersebut, menurut Syakir, edukasi bagi anak-anak SD tentang keberagaman pangan lokal harus kian ditingkatkan juga melalui kerja sama erat pihaknya dengan para pemangku kepentingan di bidang pendidikan dasar, salah satunya.

https://edukasi.kompas.com/read/2018/11/15/19123071/memastikan-generasi-penerus-pahami-keberagaman-pangan-lokal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke