Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Atasi "Bullying" di Sekolah, Peran Orangtua Sangat Besar

KOMPAS.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim kembali menyebut tentang tiga dosa besar dalam pendidikan di Indonesia, yakni intoleransi, perundungan (bully) dan pelecehan seksual.

Tiga dosa besar tersebut, menurut Nadiem sangat memengaruhi perkembangan siswa, khususnya perempuan.

Staf Khusus Presiden Joko Widodo, Angkie Yudistia mengatakan, salah satu isu besar dalam dunia pendidikan adalah perundungan (bullying) yang juga rentan dialami perempuan.

"Sejak kecil, saya menerima stigma karena menyandang disabilitas. Tetapi saya beruntung tumbuh dalam lingkungan keluarga suportif. Saya diajarkan terus meningkatkan kemampuan diri dengan sekolah setinggi mungkin dan tidak membalas bullying dengan emosi,” jelas Angkie dalam Webinar “Perempuan Pemimpin dan Kesetaraan Gender”, seperti dirangkum dari laman Sahabat Keluarga Kemendikbud.

Angkie mengakui, dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, peran perempuan masih terkendala stigma yang ada di masyarakat, khususnya bagi perempuan difabel.

Ia mengungkap kesulitan yang kerap dihadapi karena sebagai perempuan penyandang disabilitas, ia harus memakai alat bantu dengar.

“Tetapi, bagi perempuan, hanya ada dua pilihan. Mau menyerah atau optimis? Alangkah sayangnya kalau kita menyerah,” ujar Angkie seraya mendorong kaum perempuan untuk juga menguasai teknologi dan literasi finansial di era modern ini.

Bangun mental kuat anak sikapi "bully"dengan tepat

Perkembangan teknologi yang kian memudahkan komunikasi membuat perundungan kini tak hanya terjadi secara langsung di sekolah, melainkan di media sosial.

Untuk membekali anak agar mampu menyikapi perundungan dengan tepat, Irjen Kemendikbud Chatarina Girsang menyatakan bahwa orangtua perlu mendorong anak agar menjadi berani dengan diberikan afirmasi terhadap karakter positif dan membangun kepercayaan diri.

“Saya sering mengatakan pada anak saya, ‘Halo anak cantik, anak ganteng, anak pintar’. Itu bukan sekadar pujian, tetapi membangun kepercayaan diri bahwa mereka bukanlah seperti yang mereka pikirkan ketika mereka tidak percaya diri. Kita bisa mengajarkan pada anak kita bagaimana menyikapi bullying dengan menunjukkan diri tidak takut, dan kalau sesuatu membuat kita tidak nyaman, kita harus berani menyampaikan,” ujar Chatarina.

Senada dengan itu, istri Mendikbud Nadiem Anwar Makarim, Franka Makarim, menyatakan hal yang sama.

Ia mengaku pernah mengalami perundungan di sekolah, dan ia menilai bahwa perundungan punya efek jangka panjang.

“Beruntung, saat itu belum ada yang namanya cyber-bullying (perundungan dunia maya) yang kini marak terjadi di antara peserta didik,” imbuh dia.

Baginya, nilai di dalam keluarga itu yang dapat membantu menghadapi perundungan.

“Bagi saya dan Pak Nadiem, kami menekankan kepada anak-anak kami, bahwa siapa mereka dan nilai mereka sebagai manusia, tidak tergantung dari persetujuan orang, terutama di media online. Dan itu juga tanggung jawab kita sebagai orang tua yang harus semakin kita perdalam. Kita harus ingat bahwa peran kita adalah untuk memberikan ketangguhan dan nilai di dalam diri anak-anak kita,” tegas Franka.

https://edukasi.kompas.com/read/2021/03/20/073659571/atasi-bullying-di-sekolah-peran-orangtua-sangat-besar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke