JAKARTA, KCM - Tidak terasa sudah setahun satelit mikro LAPAN-TUBSAT mengorbit Bumi. Satelit yang dikembangkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) bekerja sama dengan Technische Universitaet Berlin (TU Berlin), Jerman ini berhasil menghasilkan rekaman foto maupun video berbagai lokasi di wilayah Indonesia maupun penjuru dunia.
Satelit tersebut diluncurkan 10 Januari 2007 dari Satish Dhawan Space Center (SDSC), Sriharikota, India menggunakan roket Polar Satellite Launch Vehicle (PSLV) milik Indian Space Research Organization (ISRO). Wahana ini dirancang berdasarkan satelit lain bernama DLR-TUBSAT, dengan sensor bintang yang lebih baik.
Sejak diluncurkan setahun lalu, LAPAN-TUBSAT sudah menghasilkan ribuan foto satelit berbagai wilayah di Indonesia. Rekaman video juga diuji coba untuk memantau Kota Bandung, Pulau Panaitan, Surakarta, Jakarta, Bali, Semarang, serta memantau aktivitas di sekitar kawah Gunung Bromo, Gunung Merapi, Gunung Semeru, dan Lumpur Lapindo, bahkan Singapura.
LAPAN-TUBSAT yang merupakan jenis satelit mikro berbentuk kotak dengan berat 57 kilogram dan dimensi 45 x 45 x 27 centimeter. Perangkat lunak pengendali LAPAN-TUBSAT menggunakan protokol 4 byte yang dikembangkan oleh TU Berlin dan sudah terbukti handal dalam operasi satelit seri TUBSAT.
Sistem pengolah data LAPAN-TUBSAT menggunakan prosesor Hitachi SH7045. Prosesor tersebut mempunyai 32 Bit RISC dengan kecepatan maksimum 28,7 Megahertz. Kapasitas memori eksternalnya adalah 524 kilobyte dan memori internal (RAM) 4 kilobyte. PCDH LAPAN-TUBSAT juga memiliki 524 kilobyte EEPROM, 16 kilobyte PROM, dengan kecepatan 38,4 kbps SCI.
Prosesor tersebut bertugas menyalakan dan mematikan perangkat-perangkat dalam satelit, mengambil data telemetri, maupun penyimpan dan membaca data dalam memori. Prosesor menangani telemetri data dari 50 kanal analog, dengan menggunakan 8 analog/digital. 29 dari kanal tersebut adalah untuk pengukuran voltase dan ampere dan 21 kanal dialokasikan untuk pengukuran suhu atau bacaan analog lainnya.
CCTV di Langit
LAPAN-TUBSAT membawa 2 kamera untuk merekam foto dan video. Masing-masing kamera Sony dengan lensa Casegrain 11/1000 milimeter dan kamera Kappa berlensa 50 milimeter.
Pada ketinggian orbit 630 kilometer, salah satu kamera beresolusi tinggi dengan daya pisah 5 meter dan lebar sapuan 3,5 kilometer di permukaan Bumi. Kamera yang beresolusi rendah berdaya pisah 200 meter dan lebar sapuan 81 kilometer.
Namun, dengan memori yang terbatas, LAPAN-TUBSAT tidak dapat menyimpan data di orbit dengan kapasitas besar. Hasil foto dan video dikirim langsung ke stasiun pengendali di Stasiun Rumpin, Bogor layaknya sebuah CCTV di langit.
Selain sebagai satelit riset, LAPAN-TUBSAT juga akan dikembangkan untuk melakukan pemantauan langsung kebakaran hutan, gunung berapi, banjir, menyimpan dan meneruskan pesan komunikasi di wilayah Indonesia, serta untuk misi komunikasi bergerak.
Sebagai bangsa Indonesia, kita patut berbangga karena putera-puteri bangsa Indonesia sudah menguasai teknologi pembuatan satelit. Kemampuan ini selayaknya terus mendapat dukungan agar tercipta satelit yang mampu memantau wilayah Indonesia kapan saja dan selengkap-lengkapnya.
LAPAN saat ini tengah mengembangkan satelit LAPAN A2 sebagai satelit berikutnya yang akan diluncurkan. Satelit tersebut masih dalam proses pengembangan dan penyempurnaan. Bukan tidak mungkin satelit-satelit di masa mendatang juga diluncurkan dengan roket buatan bangsa Indonesia sendiri.
LAPAN terus meningktkan kemampuan roket buatannya dan sudah dapat membuat bahan bakar roket sendiri. Baru-baru ini, prototip roket terbaru dengan daya jelajah 80 kilometer telah menjalani uji kelayakan sebelum uji coba peluncuran.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.