Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mayangsari Tantang Tes DNA

Kompas.com - 18/02/2008, 08:44 WIB

PURWOKERTO, MINGGU - Di tengah upaya memperoleh pengakuan resmi dari klan Cendana, istri siri Bambang Trihatmodjo, Mayangsari, justru diterpa gosip miring. Khirani Siti Hartina Trihatmodjo, anak pertamanya, diisukan bukan dari Bambang.

Mayang menangis tersedu-sedu. Dia tak tak kuat menahan air mata, ketika menyaksikan tayangan dan pemberitaan yang mengulas tentang buah hatinya. Melalui ayahnya, Ki Soegito, Mayang pun membantah keras gosip itu.

Menurut Ki Soegito Poerbotjarito (67), Minggu (17/2), Mayang benar-benar terpukul atas pemberitaan itu. Mayang bahkan bersedia menjalani tes DNA untuk membuktikan bahwa Khiran--sapaan Khirani--adalah anak biologis Bambang Trihatmodjo.

Soegito sebenarnya enggan menanggapi polemik tentang Khirani. Bagaimana pun dia perlu memberi komentar bahwa Khiran yang pada 30 Maret mendatang genap berusia dua tahun, adalah cucunya yang ke-29.

"Saya sebenarnya sudah capek menanggapi berbagai gosip. Mendingan, biarkan saja. Tapi, perlu ditegaskan, saya meyakininya bahwa Khiran adalah anak Bambang," ujar Soegito ketika dihubungi Warta Kota, Minggu (17/2)

Sikap lebih tertutup ditunjukkan ibunda Mayang, Ny Larasatun Woro Cengkir Gading. Dia menolak menanggapi polemik itu. Bahkan menutup diri terhadap pers atas kabar yang menyebar tentang Khirani itu. Bu Atun--demikian ia biasa dipanggil--, menurut stafnya bernama Ani Andriani, tidak mau diwawancarai seputar Mayang.

"Ibu sedang keluar kota. Ia sudah wanti-wanti, tidak mau diwawancarai wartawan. Jadi, ya mohon maaf saja," ujar Ani ketika dihubungi Warta Kota, Minggu petang.

Sebelumnya, Warta Kota sudah berkali-kali menghubungi Ny Larasatun yang menjabat sebagai direktur sebuah radio swasta di Purwokerto. Namun, yang bersangkutan, baik secara langsung maupun lewat stafnya, selalu menolak.

Di kompleks studio radio swasta itu, Ny Atun yang merupakan istri ketiga Soegito, menjalani hari tuanya. Berstatus janda, karena sudah diceraikan Soegito beberapa tahun lalu, Ny Atun hidup bersama adik-adik Mayang dan saudara Mayang lainnya.

Dari hasil perkawinan dengan Soegito, Ny Atun memiliki delapan anak. Mereka adalah Ki Sigit Adji Sabdoprijono (dalang, tinggal di Purbalingga, Jateng), Diana Indrawati (ibu rumah tangga, tinggal di Purwokerto), Alit Tirti Kustiana (seniman, tinggal di Belanda), Yuliana Listiarini (ibu rumah tangga tinggal di Purwokerto), Agustina Mayangsari atau akrab disapa Mayangsari (artis, tinggal di Jakarta), Purnawidyawati (ibu rumah tangga tinggal di Purwokerto), Sri Renggo Widya Retno (PNS di Pemda Banyumas), dan Gita Laras Wahyuni Retno Dewati (manajer Mayang, tinggal di Jakarta).

Soegito, yang dikenal sebagai dalang kondang di eks Karesidenan Banyumas, memiliki lima istri. Empat di antaranya telah diceraikan. Kini dia hidup dengan Ny Rusmirah, wanita kelima yang dinikahinya, di Desa Keniten, Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas.
Dari lima perkawinanitu, Soegito dikaruniai 13 anak, 29 cucu, dan 5 cicit. "Cucu saya yang ke-29, ya... Khiran itu," katanya.

Soegito mengatakan, merupakan kebanggaan tersendiri bagi dirinya karena Mayang telah dikarunai keturunan. "Kalau ada pihak-pihak lain yang mempermasalahkan anak Mayang, ya biarkan saja. Itu hak mereka. Saya tahu, di balik itu ada yang membiayai. Yang membiayai itu punya maksud, agar Mayang tidak hidup bahagia bersama anaknya," ujarnya. Saat didesak, dia tak mau menyebut pihak yang membiayai gosip itu.

Apa pun yang dibicarakan orang, soal tes DNA atau apa pun, Soegito yakin bahwa Khirani adalah anak Mayang-Bambang. "Apa pun omongan orang, biarkan saja. Saya sayang sama Khiran, Mayang, dan Mas Bambang," ujarnya.

Kini, ujar Soegito, ujian sedang dihadapi Mayang. Soegito berharap, semoga Mayang tabah menghadapi hal ini dan tetap tegar menghadapi berbagai isu miring yang menimpanya. Dalam kondisi seperti itu, Soegito justru selalu memberi kekuatan moral lewat nasihat-nasihat kepada Mayang.

"Saya menasihati Mayang agar tidak usah menanggapi kabar miring itu. Mayang manut dengan nasihat saya. Saya juga menekankan kepada Mayang, bahwa kebenaran tidak akan terkalahkan oleh perbuatan jahat. Dan tetaplah berpegang teguh kepada niat baik, sebab mereka yang membuat luka hati Mayang pasti akan menuai perbuatannya," katanya.

Ibaratnya, lanjut Soegito, dalam peribahasa Jawa, sing nandur mesthi ngundhuh. Wong nandur pari, mesthi panen pari, dudu panen jagung (yang menanam pasti memanen. Orang menanam padi, pasti memanen padi, bukan jagung -Red). "Artinya, mereka yang membuat luka dan membiayai untuk membuat orang lain susah, maka akan menuai perbuatan yang setimpal itu. Pokoknya, kalau nggawe ala (berbuat jahat), ya akan diganjar tumindak ala (perbuatan jahat) juga oleh Yang Kuasa. Saya percaya dengan peribahasa Jawa itu dan saya yakin Tuhan pasti akan memperingatkan mereka yang memusuhi Mayang," katanya.

"Jadi, ya biarkan saja lah. Toh kabar miring itu nanti akan hilang dengan sendirinya. Saya dan keluarga besar Mayang di Purwokerto, tidak terlalu menanggapi kabar miring itu. Biarkan anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu," ujar Soegito.

Manuver Mayang
Ketika keluarga cendana berkabung atas kepergian mantan presiden Soeharto, ayah Bambang pada 27 Januari lalu, Mayang dan Khirani, datang ke Cendana. Kedatangannya menjadi pembicaraan hangat bahkan ia sempat diusir oleh keluarga Cendana.

Sejauh ini, status Khirani masih "mengambang" karena lahir dari pernikahan siri. Sementara untuk mendapatkan akta kelahiran yang mencantumkan nama orangtua, berarti Bambang dan Mayang harus menikah sesuai hukum negara.

Bambang diberitakan pernah meminta ke Mayang agar menjalani tes DNA buat Khiran. Namun Mayang, konon malah marah-marah dan menuduh Bambang tidak mepercayai Mayang. "Kalau memang benar Khiran adalah anak mereka, buktikan saja, tidak harus marah-marah. Toh, akta kelahiran di zaman sekarang bisa dibuat, meskipun nama dari ayah tidak dicantumkan," ujar sebuah sumber yang dekat dengan Cendana.

Munculnya Mayang di Cendana saat Soeharto wafat dituding sebagai trik pelantun Harus Malam Ini itu untuk menjajaki kemungkinan masuk klan keluarga sang suami. "Ini permainan Mayang. Tapi syukur, Ibu (Halimah-Red) tidak terpengaruh sama sekali dengan manuver-manuver murahan itu," katanya.

"Tujuannya jelas, ingin diakui. Tidak akan pernah terjadi itu. Almarhum Ibu Tien Soeharto merupakan tokoh pendukung PP 10 tentang larangan poligami maksudnya kan jelas. Jadi, istri sah Bambang adalah Halimah, dan cucu yang sah adalah anak-anak Bambang dari Halimah. Sampai kapan pun dia (Mayang) tak akan diakui keberadaanya sebagai istri Bambang," tegasnya.

Bambang kini dinilai sedang "sakit" akibat pengaruh besar dari Mayang. Di mata mereka Bambang tidak seperti dulu lagi. "Saya sangat mengenal kedua sosok ini (Halimah-Bambang), mereka adalah pasangan yang sangat serasi. Perhatian Mas Bambang terhadap keluarga, terutama anak-anaknya sangat luar biasa. Tapi, sekarang Mas Bambang gampang marah dan sering bengong," katanya.

Pada sisi lain, almarhum Adi Firansyah, aktor muda berwajah tampan yang meninggal dalam kecelakaan lalu lintas, sempat dikaitkan dengan Mayang. Gosip yang beredar Adi adalah ayah biologis Khirani. Gosip ini membuat keluarga almarhum Adi angkat bicara. Anak Mayang, kata ibunda Adi, Ny Jenny, bukanlah darah daging Adi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com