Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akademisi Desak Pembatalaan Pembangunan PLTN Muria

Kompas.com - 23/02/2008, 13:56 WIB

JAKARTA, SABTU - Dua puluh dua akademisi dan tokoh masyarakat yang menamakan dirinya Masyarakat Peduli Bahaya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), mengeluarkan pernyataan sikap mendesak pemerintah membatalkan segala upaya membangun PLTN Fissi di Semenanjung Muria.

Poin-poin pernyataan sikap tersebut, dengan pertimbangan Risiko PLTN Fissi Muria terlalu tinggi, tidak ada urgensi untuk membangun PLTN Fissi Muria, banyak sumber energi alternatif yang ramah lingkungan untuk dikembangkan di Indonesia dan adanya penolakan dari masyarakat Indonesia khususnya masyarakat setempat.

Pernyataan tersebut disampaikan di akhir diskusi yang berlangsung lebih dari 4 jam, di Sekolah Tingggi Filsafat (STF) Driyarkara, Jakarta, Sabtu (23/2).Salah satu anggota forum tersebut, Romo Franz Magnis Suseno mengatakan forum ini akan segera menyampaikan pernyataan tersebut kepada pemerintah.

"Kami tidak akan berbondong-bondong, atau teriak-teriak karena akademisi punya cara sendiri. Kami sakan sampaikan pada pemerintah bahwa pembangunan PLTN ini berdampak pada masyarakat yang amat berkeberatan dengan rencana tersebut," ujar Romo Magnis dalam jumpa pers usai diskusi.

Ditambahkan pula, meski tidak ada langkah konkrit yang ekstrim, dukungan dari masyarakat luas akan membuat orang-orang yang berencana membangun proyek PLTN akan berpikir keras.

"Untuk merumuskan pernyataan ini, kami sudah melakukan proses dialog yang panjang," lanjut dia.Beberapa anggota penggagas selain Romo Magnis, ada pula Sony Keraf ( Wakil Ketua Komisi Energi DPR ), Heru Nugroho (Sosiolog UGM), Saparinah Sadeli (Psikolog UI) dan Damardjati Supadjar (Filsuf UGM).

Tender proyek PLTN Fissi Muria ini direncanakan berjalan tahun 2008, dan tahap kosntruksi direncanakan akan dimulai pada tahun 2010/2011. PLTN Murisa diproyeksikan akan memenuhi kebutuhan energi listrik 4000-6000 megawatt (MW) untuk tambahan pasokan energi listrik di Jawa-Bali. (ING)

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com