Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produk Bio-teknologi Pangan Jalan di Tempat

Kompas.com - 25/02/2008, 13:45 WIB

JAKARTA, SENIN - Meski sudah 20 tahun lalu minat bangsa Indonesia besar dalam pengembangan bioteknologi modern, tidak satu pun penemuan di bidang produk rekayasa genetik dalam negeri yang siap dikomersialkan. Ini berbeda dengan produk rekayasa genetik buatan swasta yang sudah diaplikasikan ke berbagai negara.

Ketua Komisi Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan, sekaligus Kepala Badan Penelitian dan Pembangunan Departemen Pertanian Achmad Suryana, Senin (24/2), di Jakarta mengungkapkan, kebijakan pemerintah sudah jelas bahwa Indonesia menaruh harapan besar pada hasil-hasil penelitian bioteknologi, khususnya teknologi pangan agar bisa mencapai swasembada pangan.

Namun sayang, sampai saat ini belum ada satupun tanaman pangan produk rekayasa genetik buatan dalam negeri yang telah dikomersialkan. "Hal itu disebabkan oleh berbagai keterbatasan dan kelemahan seperti sumber daya alam, daa fasilitas, dan peraturan," katanya.

Lemahnya pengembangan tanaman pangan produk rekayasa genetik tak lain karena produk bioteknologi merupakan teknologi yang sensitif. Pengguaannya secara sosial masih menimbulkan pro-kontra. Meski begitu, Indonesia merupakan konsumen tetap komoditas pangan hasil rekayasa genetik.

Tiap tahun Indonesia mengimpor sekitar 1,3 juta ton kedelai asal AS yang merupakan hasik produk transgenik. Dengan begitu, meskipun konsumsi produk transgenik masih menimbulkan pro-kontra, warga Indonesia telah terbiasa mengonsumsi produk transgenik.

Ketua Perhimpunan Bioteknologi Pertanian Indonesia sekaligus Direktur Pusat Informasi Bioteknologi Indonesia, Bambang Purwantara mengatakan, pemerintah seharusnya memiliki sikap yang tegas terhadap pengembangan produk pangan yang berbasis pada bioteknologi. Bagaimana pun produk bioteknologi ke depan akan mampu mengatasi krisis pangan akibat ledakan jumlah penduduk.

"Kita berhati-hati tetapi tidak melakukan apa-apa, padahal negara lain banyak yang mulai mengembangkan. Ketahanan pangan negara lain juga bertumpu pada bioteknologi," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com