Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hindarkan Anak Anda dari "Ngelem"

Kompas.com - 29/04/2008, 21:21 WIB

TANJUNGPINANG, SELASA- Para orang tua dan juga pihak sekolah diminta mengawasi prilaku anak-anak dan remaja yang mulai suka menghirup lem merek Aibon untuk mabuk. Ketua Komisi III DPRD Kota Tanjungpinang, Leo Siahaan, Selasa (29/4), mengatakan, kasus "ngelem" yang melibatkan anak-anak dan remaja di Kota Tanjungpinang sudah mencapai ratusan.

"Kami sudah sering menerima laporan itu. Ini sangat mengkhawatirkan," kata Leo yang baru sekitar sepekan lalu bebas dari Lapas KM 18 karena kasus perjudian.

Aroma lem bisa membawa penggunanya ke dunia hayal, seperti habis mengkonsumsi narkoba. "Ngelem", kata dia, berbahaya bagi kesehatan pecandunya. Bahkan bisa mematikan penggunanya seperti sedang tercekik (sudden sniffing death) jika terlalu sering dikonsumsi.

"Akses untuk mendapatkan lem Aibon lebih mudah dan murah. Itu menyebabkan jumlah penggunanya lebih cepat bertambah," ujarnya. Kasus anak-anak mulai dari tingkat SD-SMP "ngelem" hanya bisa diselesaikan secara bersama-sama.

Para orang tua, pihak sekolah, pemerintah dan juga jajaran kepolisian harus bersatu mengatasi permasalahan tersebut. "Kami sudah rapat dengan jajaran kepolisian untuk mengatasi permasalahan tersebut," katanya. 

Ia mengimbau kepada para pedagang lem Aibon agar tidak menjual produk tersebut kepada anak-anak dan remaja. "Kami juga akan usulkan agar Walikota mengeluarkan SK untuk meminimalisir kasus tersebut," ungkapnya. 

Kepala Satuan Narkoba Kepolisian Resor Kota Tanjungpinang Ajun Komisaris Afdal mengungkapkan, pihak kepolisian akan melakukan sosialisasi tentang bahaya penyalahgunaan narkoba, psikotropika dan lem kepada masyarakat luas. "Kami akan bekerjasama dengan pemerintah dan berbagai elemen masyarakat lainnya untuk melakukan sosialisasi tentang bahaya penggunaan narkoba, ’ngelem’ dan psikotropika," katanya.

Ia mengungkapkan, pengguna lem dengan tujuan untuk mabuk berpotensi menjadi pecandu narkoba. "Pecandu lem itu kemungkinan bisa menjadi pecandu narkoba," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com