JAKARTA, KAMIS - Para pemenang 12th Po Leung Kuk Primary Mathematics World Contest 2008 yang diadakan di Hongkong, 12-16 Juli kemarin, sepakat bahwa matematika tak sesulit yang dikira anak-anak sekolah pada umumnya.
Menurut Christa Lorenzia Soesanto, salah satu pemenang first class honour dalam kompetisi ini, matematika itu tidak sulit jika melihatnya dengan logika dan nalar. "Kemarin soal-soal yang dikasih (adalah) matematika logika yang membutuhkan nalar, seperti aljabar, geometri, dipecahkannya juga dengan menggunakan trik-trik baru berdasarkan logika," ujar Christa seusai jumpa pers di Jakarta, Kamis (17/7).
Christa mengatakan, soal-soal dalam kompetisi tersebut bahkan cenderung lebih mudah dibandingkan soal-soal yang biasanya diberikan kepadanya untuk latihan. Rekannya, Stefano Chiesa Suryanto, juga mengatakan bahwa belajar matematika itu tidak sesulit yang dibayangkan. Menurut Stefano, lihat saja soal-soal matematika itu sebagai sebuah tantangan. "Kayak tantangan aja, jadinya terus cari tahu ngerjain sesuatu itu kayak gimana. Seru gitu ngerjainnya," ujar Stefano pada kesempatan yang sama.
Semangat belajar matematika bagi keduanya memang datang dari kecintaan terlebih dahulu terhadap bidang studi ini. Christa dan Stefano mengaku mulai jatuh cinta pada matematika dari rumah mereka masing-masing. Christa dibimbing ayah dan ibunya melalui berbagai perhatian dan fasilitas, sementara Stefano diajari dengan tekun oleh ayahnya.
Menurut ibu Christa, Betsy Prawiroharjo, dia dan suaminya sudah menaruh perhatian pada perkembangan kecerdasan kedua putrinya sejak mereka kecil dengan sistematis. "Dari mereka kecil, saya menaruh banyak alat-alat untuk bermain. Jadi saya tinggal melihat kecenderungannya ke mana. Kalau dia suka menghitung mainannya, warna-warnanya, saya arahkan mereka ke matematika," ujar Betsy ketika ditemui Kompas.com.
Setelah itu, mereka terus memastikan bahwa ketertarikan dan hobi kedua putrinya pada matematika. Kemudian mereka juga mendukungnya dengan beberapa kursus tambahan yang menambah kemampuan Christa dan adiknya dalam matematika. Betsy mulai membelikan poster-poster matematika, seperti perkalian dan pembagian, dan ditempelkan di tembok rumah. "Mama nempel-nempelin itu, jadi otomatis setiap hari melihat," ujar Christa.
Stefano juga mengatakan bahwa ayahnya mengajarinya secara berjenjang, mulai dari mengajar konsep-konsep dasar lalu mengerjakan soal dan mendukungnya dengan beberapa kursus tambahan. "Ya, yang penting kalo ngerjain matematika itu enggak boleh gampang nyerah," kata Stefano.
Hal itu juga ditegaskan oleh Direktur Direktorat Pembinaan TK dan SD Depdiknas Mudjito. Prestasi dalam matematika muncul karena ada kecintaan terlebih dulu terhadap bidang studi ini. Kecintaan terhadap matematika pun harus ditanamkan secara berjenjang. "Orangtua dan sekolah harus mampu membuat anak-anak senang dulu dengan matematika. Kalau sudah enggak suka kan jadi susah," ujar Mudjito.
Menurut Mudjito, dalam matematika, ketimbang mencekoki anak dengan materi-materi yang sangat padat, hendaknya orangtua dan guru mulai "menulari" mereka konsep mendasar mengenai logical thinking dan problem solving dalam mempelajari matematika. (LIN)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.