Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BPPT dan Unsri Kerja Sama Teliti Batu Bara

Kompas.com - 01/08/2008, 01:05 WIB

Palembang, Kompas - Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan bekerja sama dengan Universitas Sriwijaya dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi telah mengembangkan penelitian untuk menaikkan nilai ekonomis batu bara.

Melalui penelitian itu, batu bara berkalori rendah (brown coal) diubah menjadi zat benzene dan methane yang harga jualnya dua kali lipat lebih mahal di pasaran internasional.

Hal itu diungkapkan Gubernur Sumatera Selatan Mahyuddin di sela-sela pembukaan kegiatan Indonesia Regional Science Association (IRSA) Ke-9 di Universitas Sriwijaya (Unsri) Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (31/7). Kegiatan ini dihadiri ratusan ilmuwan dari berbagai daerah.

”Pemerintah menantang para ilmuwan di Universitas Sriwijaya dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk membuat desain studi tentang pengolahan batu bara,” ujarnya.

Para ilmuwan telah berhasil meningkatkan nilai ekonomis brown coal melalui proses liquefaction (pencairan) yang hasilnya berupa benzene atau methane. Dengan itu, pendapatan pemerintah diharapkan meningkat.

”Selama ini mayoritas batu bara Indonesia dijual mentah. Dengan ada proses tambah ini, harganya bisa lebih mahal,” tegasnya.

Data dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral meyebutkan, harga batu bara saat ini Rp 500.000-Rp 600.000 per ton. Harga benzene dan menthane di atas Rp 1 juta per ton.

Adapun untuk mengurangi krisis energi di Indonesia, Mahyuddin mendesak pemerintah pusat agar segera merealisasikan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang lokasinya berdekatan dengan kawasan pertambangan batu bara, salah satunya di Sumatera Selatan. Usulan itu didukung Presiden IRSA Prof Dr Bambang Brodjonegoro. (Oni)

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com