Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Unsri Kembangkan Bahan Bakar dari Batu Bara

Kompas.com - 09/08/2008, 03:00 WIB

Palembang, Kompas - Universitas Sriwijaya mengembangkan riset bahan bakar alternatif dan riset tentang batu bara untuk mengatasi kondisi krisis BBM dan krisis listrik.

Hasil riset tersebut disampaikan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui telewicara dari Kampus Unsri, Palembang, Jumat (8/8). Hadir dalam acara tersebut Gubernur Sumsel Mahyuddin NS, Rektor Unsri Badia Perizade, dan sejumlah dekan Unsri.

Direktur Lembaga Pengelola Riset Unggulan Strategis Nasional (Rusnas) Unsri Muhammad Faizal dalam telewicara menjelaskan kepada Presiden bahwa Unsri sedang melakukan riset produksi biodisel dari CPO, pencairan batu bara untuk bahan bakar alternatif, dan pencampuran batu bara untuk bahan bakar PLTU.

Dana penelitian berasal dari Rusnas sebesar Rp 1,59 miliar dan Pemprov Sumsel Rp 2 miliar. Untuk penelitian biodisel telah dilakukan uji coba pada bus kampus dengan komposisi 10 persen biodisel dan 80 persen solar.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat telewicara mengatakan akan terus memberikan dorongan dalam riset biodisel dan batu bara.

”Silakan riset dikembangkan terus sampai menemukan solusi dari krisis energi,” kata Presiden.

Lebih ekonomis

Faizal seusai telewicara menjelaskan, bahan bakar dari batu bara yang dicairkan akan menghasilkan bahan bakar pengganti BBM dari minyak bumi.

Sedangkan penelitian tentang pencampuran batu bara adalah meneliti teknologi mencampur batu bara kualitas rendah dan batu bara kualitas tinggi. Batu bara campuran tersebut cocok untuk bahan bakar PLTU mulut tambang.

Menurut Faizal, batu bara kualitas rendah tidak cocok untuk bahan bakar PLTU. Batu bara semacam itu bisa merusak mesin pembangkit di PLTU.

”Sekarang sudah dibuat mesin percobaan untuk mencampur batu bara dengan kapasitas 600 kilogram per jam. Tahun depan akan dibangun mesin dengan kapasitas 1-10 ton per jam. Rencananya pabrik pencampuran batu bara akan dibangun di Musi Rawas tahun 2010,” kata Faizal menjelaskan.

Faizal mengungkapkan, penelitian teknologi pencairan batu bara sudah berjalan sukses dan sedang dilakukan penjajakan ke industri kilang minyak.

Menurut Faizal, kilang minyak bisa mengubah minyak mentah sintetis dari batu bara yang disebut crude synthetic oil (CSO) itu menjadi bahan bakar.

Selain menghasilkan bahan bakar, pencairan batu bara tersebut juga menghasilkan gas. Dari satu ton batu bara dapat dihasilkan 310 kilogram bahan bakar sintetis dan 12 persen gas karbon. Gas tersebut masih bisa dimanfaatkan lagi untuk bahan bakar gas di rumah tangga. (WAD)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com