Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manfaat Pesantren Kilat untuk Anak

Kompas.com - 27/08/2008, 12:35 WIB

Pesantren kilat adalah pesantren yang diadakan dalam waktu singkat. Pesantren sendiri, menurut Konsultan Pendidikan, Emmy Soekresno, S.Pd., "Pada prinsipnya memisahkan anak dari keramaian. Dengan maksud ingin memberi kepada anak suasana yang, dalam Islam disebut khusyuk. Maksudnya agar anak menjadi fokus, serius, konsentrasi menerima pelajaran, tanpa hingar bingar televisi dan sebagainya."

Dengan ikut pesantren kilat, anak-anak tidak perlu pergi ke pesantren yang letaknya kebanyakan di luar kota. Cukup di tempat atau gedung tertentu, bahkan di masjid atau mushola dekat rumah.
Selama mengikuti pesantren, anak-anak diberikan pelajaran dan pemahaman mengenai keislaman secara lebih mendalam. Bedanya, programnya hanya dilakukan selama bulan Ramadhan.

 

BELAJAR MELAYANI
Emmy yang memiliki Taman Bermain dan Taman Kanak-kanak Jerapah Kecil ini berpendapat, sebaiknya pesantren kilat tidak hanya mengajarkan mengaji, membaca Al-quran, menceritakan kisah atau sejarah nabi, permainan, dan pemahaman tentang islam, seperti arti puasa dan sebagainya. "Saya memakai program yang disebut sistem metafora pohon untuk Jerapah Kecil."

Maksudnya, anak seharusnya memiliki akar yang kuat. Dengan kata lain, akar pohon atau aqidahnya baik dan kuat. “Kami memberi pemahaman bahwa Tuhan itu satu, tidak ada yang lain dan tidak boleh mengandalkan yang lain.”

Setelah akar, diteruskan ke batang pohon. "Batang pohon ini seumpama tubuh anak-anak. Jika batang pohonnya kecil, lunglai dan tidak kokoh, sama seperti tubuh anak yang sakit-sakitan. Oleh karena itu, anak-anak diberitahu tentang kesehatan tubuhnya. Ajarkan mereka untuk tak terlalu banyak makan makanan yang tak sehat, sebaiknya yang bebas bahan pengawet, atau pewarna. Kita ajak mereka untuk mau makan sayur dan buah, dengan memberi alasan yang logis."

Emmy juga memberikan pemahaman mengenai healthty living atau hidup sehat. Sangat baik mengajarkan kepada anak-anak apa saja yang baik dilakukan setiap hari dari pagi hingga malam hari. "Hidup sehat tak cuma olah raga dan makan makanan sehat saja. Tetapi mereka diberi pengertian juga untuk mulai membersihkan kamar dan lingkungannya, seperti menyapu, mengepel, dan bersih-bersih."

Hal lain yang perlu diberikan adalah mengajar anak untuk melayani, atau service learning, yang menurutnya belum banyak diberikan para pengajar. "Saya yakin, jika anak-anak sudah diajarkan melayani sesama sejak dini, bangsa kita berangsur-angsur akan memiliki mental yang baik,” papar Emmy.

Contoh service learning adalah, mengajak anak-anak didik membuat sepanci kolak atau es buah. Lalu kolak tersebut dibawa ke depan mushola dan anak-anak diajarkan berjualan, tanpa menerima uang sepeser pun, alis gratis. “Anak-anak akan senang melihat wajah senang dari orang-orang yang diberi kolak dan es buah. Inilah yang dinamakan service learning. Mengajari anak-anak untuk berlaku ikhlas, sabar, dan mau mengalah demi kebaikan."

 

SESUAI PEMAHAMAN
Program seperti inilah yang dinilai Emmy sangat ideal diberikan kepada peserta pesantren kilat. "Jika hanya pemahaman keislaman saja yang diberikan, itu terlalu sederhana. Sementara amal saleh atau hands on-nya belum dilakukan. Dengan materi menyeluruh, anak-anak jadi tahu apa yang seharusnya ia lakukan setiap hari di dalam kehidupan sosialnya. Anak-anak pun jadi tak malas berbuat sesuatu yang baik," kata Emmy.

Agar anak-anak dapat menyerap seluruh ilmu dan amal saleh yang diberikan di pesantren kilat, sebaiknya diterapkan sejak usia anak masih sangat kecil, dengan menyesuaikan materi yang diberikan dengan tingkat penyerapan pemahaman anak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com