Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prospek Ekspor Sepatu Tetap Baik

Kompas.com - 08/10/2008, 01:30 WIB

Jakarta, Kompas - Melemahnya pasar Amerika Serikat karena krisis finansial diprediksi tidak akan menekan ekspor produk sepatu Indonesia ke negara itu. Beberapa pemegang merek besar dan sejumlah investor baru dari Taiwan dan Korea Selatan berkomitmen meningkatkan kapasitas produksi sepatu di Indonesia.

Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko mengemukakan optimisme tersebut di Jakarta, Selasa (7/10).

”Kalaupun krisis ini menurunkan permintaan sepatu di AS, saya lihat yang akan lebih kena dampak adalah produksi China. Sekarang, ada sekitar 30.000 pabrik sepatu di China. Tahun 2009, diprediksi sekitar 5.000 pabrik bakal tutup. Beberapa prinsipal menilai saat ini sebenarnya lebih kompetitif memproduksi sepatu di Indonesia daripada di China,” ujar Eddy.

Aprisindo memperhitungkan nilai ekspor sepatu Indonesia hingga akhir tahun 2008 sebesar 1,8 miliar dollar AS, meningkat 12,5 persen dari 1,6 miliar dollar AS tahun lalu.

Sekitar 55 persen ekspor sepatu itu diserap pasar AS dan 30 persen diekspor ke Eropa. Ekspor sepatu dari Indonesia didominasi produk sepatu olahraga yang dibuat untuk beberapa pemegang merek besar, seperti Adidas, Reebok, dan Nike.

”Order pembelian untuk pengiriman sampai Maret 2009 ke pasar AS sudah kami terima pada Juli-Agustus lalu. Untuk pengiriman triwulan II-2009 sekarang juga sudah ada sampel modelnya, tetapi volumenya baru bisa dipastikan Desember-Januari mendatang. Baru saat itu kami bisa tahu apakah ada penurunan dan berapa besarnya,” kata Eddy.

Meski begitu, ia optimistis tidak akan terjadi penurunan signifikan dalam produksi sepatu di Indonesia. Keyakinan itu antara lain didasari fakta tahun ini Adidas, Reebok, dan Nike telah menambah kapasitas produksi dengan lima pabrik baru di Indonesia.

Sejumlah 22 investor dari Taiwan dan Korea Selatan juga telah mendaftarkan rencana investasi ke Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dengan target realisasi tahun 2009.

”Memang tahun ini juga ada sejumlah investor yang mundur karena khawatir masalah suplai listrik dan lain-lain. Kalau semua terealisasi, bisa lebih dari 50 pabrik baru. Namun, dengan 22 pabrik ini saja, minimal tahun depan ada tambahan produksi 4-6 juta pasang per bulan,” papar Eddy.

Saat ini kapasitas produksi sepatu Indonesia 26 juta pasang per bulan. Dengan komitmen investasi yang sudah ada, diharapkan kapasitas produksi sepatu tahun depan meningkat 20 persen.

Penurunan permintaan sepatu secara global diprediksi lebih berdampak ke China. ”Citra produk China juga sedang memburuk, bukan hanya untuk urusan makanan dan susu. Produk sepatu juga bisa diproduksi lebih murah, diduga karena ada waste material yang dicampur dalam bahannya,” tutur Eddy.

Pasar domestik

Meskipun kinerja ekspor sepatu olahraga diperhitungkan tetap cerah pada tahun 2009, penguasaan pasar domestik khususnya untuk produk sepatu menengah bawah dan sepatu wanita tetap rendah.

Eddy memperkirakan, sekitar 60-70 persen pangsa pasar domestik untuk produk sepatu menengah bawah dikuasai oleh produk dari China.

”Sementara pada jenis sepatu wanita, justru impor dari negara-negara ASEAN ke Indonesia sedang tumbuh tinggi. Ada sekitar 10 merek sepatu wanita dari ASEAN,” ujarnya.

Data Aprisindo menunjukkan, pasar sepatu domestik sekitar 1,2 triliun. Sepertiganya merupakan penjualan pada saat menjelang Lebaran.

Untuk produk menengah bawah yang mengedepankan harga murah, produk sepatu lokal kalah bersaing dengan produk China. Untuk sepatu wanita, produsen lokal masih harus meningkatkan kemampuan desain agar bisa lebih kompetitif di pasar. (DAY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com