Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MRT Memang Ideal di Jakarta, tapi...

Kompas.com - 18/11/2008, 17:57 WIB

JAKARTA, SELASA - Ketua Pusat Kajian Transportasi UI yang juga anggota Dewan Transportasi Kota (DTK) Jakarta, Sutanto Soehodho mengatakan, Mass Rapid Transport (MRT) sebenarnya merupakan jenis transportasi yang paling ideal untuk Jakarta. Namun, 'ideal' menurut Sutanto ini diikuti kata 'tapi'.

Mengapa? Untuk menjawab pertanyaan ini, ia menggunakan ilustrasi Ibu Kota Jepang, Tokyo, yang juga berpenduduk padat, sama seperti Jakarta. "Di Tokyo macet juga, walau nggak kayak kita (Jakarta). Tapi public transport nya luar biasa. Subway dimana-mana, MRT bagus dan MRT menjadi alat transportasi yang paling banyak digunakan publik," kata Sutanto kepada Kompas.com di Jakarta, Selasa (18/11) sore.

Bagi Jakarta, sebenarnya menurut Sutanto, apapun bentuknya asalkan public transport bisa diterapkan di kota ini. Namun, dengan segala keterbatasannya, MRT menjadi transportasi yang paling ideal. Alasannya, beroperasi dibawah tanah sehingga tak menimbulkan masalah baru dan lebih efisien.

Nah, ini dia jawaban mengapa keidealan MRT ini diikuti kata 'tapi'. "Problem kita adalah urusan investasi. Untuk membangunnya mahal, operasinya juga mahal. Konsekuensinya, tarif harus mahal. Tapi, masyarakat kita bukan masyarakat Tokyo yang income perkapitanya OK. Jadi, kalau dipaksakan teknologi Jepang kesini, mungkin nggak nggak jalan," kata Sutanto.

Namun, ia mengapresiasi pemerintah DKI Jakarta yang memulai transportasi yang nyaman dengan busway, meskipun masih terdapat kekurangan. Pelan-pelan, jika masyarakat sudah terbiasa dengan angkutan bus, maka rencana atau niat membangun MRT akan lebih mudah. Hal ini berkaitan dengan tingkat ketergantungan masyarakat terhadap transportasi umum.

"Kalau masyarakat sudah ketergantungan, kita melihatnya bukan lagi karena ingin memindahkan dari kendaraan pribadinya. Jakarta memang mesti melakukannya bertahap. Karena kalau mendadak dari kendaraan pribadi disuruh ke angkutan umum, mungkin akan repot sendiri. Ada strategi yang harus dibangun. Jangan orang dipaksakan dengan pilihan yang bukan dengan pilihannya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com