Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PENDIDIKAN

Memajukan Jam Sekolah Mengganggu Psikologis Anak

Kompas.com - 29/11/2008, 01:00 WIB

Jakarta, Kompas - Kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memajukan jam pelajaran sekolah dari pukul 07.00 menjadi 06.30 dapat memengaruhi psikologi anak. Selain akan banyak pelajar mengantuk, efek dari kebijakan itu dikhawatirkan dapat membuat ruangan kelas bakal kosong karena murid sering datang terlambat.

Kekhawatiran ini diungkapkan Ketua Forum Komite Sekolah SMP Se-DKI Slamet Riyadi, Ketua Forum Guru Pegawai Tidak Tetap (PTT) DKI Suprijono, dan Ketua Departemen Pendidikan Dewan Harian Nasional 45 Kresna A Mangontan serta orangtua murid dan pelajar, Jumat (28/11). Mereka tidak sepakat dengan Pemprov DKI dan menilai keputusan tersebut merupakan kebijakan yang tidak simpatik karena mengorbankan anak didik.

”Sejak kebijakan diumumkan, banyak keluhan orangtua murid yang masuk ke kami. Mereka tidak simpatik atas kebijakan Pemprov itu,” kata Slamet. Menurut dia, sebagian besar orangtua murid keberatan jika anaknya dikorbankan karena alasan kemacetan akibat ketidakmampuan Pemprov DKI mengurus kotanya.

”Orangtua masih bisa memberikan toleransi jika jam sekolah ditambah karena alasan menambah pelajaran dalam rangka kelangsungan pendidikan anak mereka. Bukan karena alasan kemacetan,” kata Slamet.

Mengantuk

Mangontan menjelaskan, ketika jam sekolah dimajukan, waktu bangun anak juga harus lebih pagi dari biasanya. Akibatnya waktu tidur anak berkurang. Karena dipaksa bangun lebih pagi, mereka mengantuk dalam kelas.

Jika kebijakan ini dipaksakan diberlakukan, kata dia, yang paling terasa berat adalah pelajar yang bersekolah di sekolah standar nasional (SSN) dan internasional (SSI). ”Setiap hari anak-anak ini pulang pukul 16.00 sampai pukul 17.00. Kalau mereka harus bangun lebih pagi lagi, sudah pasti mereka akan kecapean. Ujung-ujungnya tertidur di kelas,” papar Mangontan.

Slamet menjelaskan, dampak kebijakan itu tidak hanya dirasakan pelajar yang tinggal di pinggiran kota dan bersekolah di pusat kota saja. Pelajar yang tinggal di pusat kota juga kemungkinan akan mengalami hal yang sama, mengantuk di kelas. Misalnya, pelajar yang tinggal di Matraman dan sekolah di Grogol.

Suprijono mengatakan, selain mengantuk, kebijakan memajukan jam pelajaran membuat banyak pelajar bakal datang terlambat. Akibatnya, ruangan kelas bisa menjadi kosong.

”Masuk sekolah pukul 07.00 saja banyak siswa yang terlambat. Apalagi harus masuk pukul 06.30 Saya tidak bisa membayangkan, pasti banyak ruangan kelas yang kosong,” katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com