Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akar Pinang Bukan Obat

Kompas.com - 16/12/2008, 22:27 WIB

JAKARTA, SELASA - Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pengobatan ala herbal juga memicu muculnya pihak-pihak yang mencari keuntungan secara ilegal.
    
Hal itu dikemukakan H. Andi Muhammad, salah seorang tabib yang  terkenal dengan metode Akar Pinang. "Saya sudah menemukan beberapa toko di daerah Jawa Timur yang menipu masyarakat dengan menjual obat akar pinang, padahal yang mereka berikan (kepada pembeli) adalah parasetamol (obat demam)," kata Andi saat memberi keterangan kepada wartawan di Jakarta, Senin.

Menurutnya, orang-orang itu telah menipu masyarakat sekaligus merusak nama baiknya. "Saya sudah melaporkan mereka kepada polisi, tinggal menunggu penanganan kasusnya saja," katanya.
     
Ia menjelaskan, Akar Pinang adalah metode pengobatan yang diwarisinya dari keluarga ayahnya dan bahan-bahan yang digunakan adalah tumbuh-tumbuhan alami, tanpa sedikitpun bahan yang mengandung unsur kimia. "Jadi bukan obat seperti yang mereka jual," katanya.

Andi menyatakan, pengobatan cara herbal yang dilakukannya sama sekali tidak menimbulkan efek samping yang merugikan kesehatan pasien.

"Pengobatan cara herbal memang lebih lama reaksinya dibandingkan obat modern berbahan kimia, tetapi kesembuhannya permanen, tidak kambuhan. Di sini yang diperlukan adalah kesabaran pasien," katanya.
 
Menurut Andi, semua herbalnya mendapatkan ijin dari Departemen Kesehatan dan dirinya pun berteman baik dengan dokter-dokter IDI (Ikatan Dokter Indonesia) dan sering diajak berdiskusi.
     
Berbicara tentang rehabilitasi pasien penyalahgunaan obat bius dan narkoba, ia mengatakan bahwa tidak ada satu pun penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
     
"Orang yang kecanduan narkoba pun bisa disembuhkan, namun itu semua sangat tergantung pada dukungan penuh keluarga, khususnya dalam menangani masalah psikologis pasien," katanya.
     
Andi Muhammad dikenal sebagai nara sumber program Sehat Herbal  Bersama Akar Pinang sejak 2004 di SCTV sebelum pindah di AnTV dan sekarang di TV7 setiap Sabtu pukul 08.30 WIB.
     
Pengobatannya meliputi berbagai penyakit seperti asma, diabetes, jantung, dan hepatitis. Ia berkantor di Yayasan HAM Komplek Departemen Perdagangan Jl Niaga XI Blok B no 1 Cileduk, selain di Jl. Gurita I no 21 Sesetan, Denpasar Bali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau