Meliput Perang dari Balik Panser

Banyak wartawan, wartawan foto, dan koresponden asing berharap bisa meliput langsung ke Jalur Gaza, melihat akibat dari aksi militer Israel yang sudah berlangsung 21 hari itu. Kenyataannya tidak mudah karena militer Israel dikenal tak mau kompromi. Karenanya, banyak wartawan yang tertahan di depan Gerbang Rafah, Mesir, jalan masuk dari Mesir ke Jalur Gaza.

Namun, apakah wartawan yang ada di pihak Israel juga leluasa melihat akibat dari agresi militer Israel yang sudah menelan lebih dari 1.000 korban warga Palestina itu? Israel rupanya juga tidak cukup kompromistis untuk membawa wartawan bisa melihat langsung akibat dari aksi militernya.

Hari Jumat (16/1) pagi, dua panser pengangkut pasukan membawa puluhan wartawan, wartawan foto, dan koresponden asing masuk ke kawasan pertempuran di Atatra, Jalur Gaza. Para wartawan ini ditempel pada militer Israel.

Atatra, sebuah kawasan pertanian sekitar setengah jam berkendaraan dari perbatasan. Di situ terlihat puing-puing dari sebuah tempat peristirahatan di tepi pantai. Hanya berselang beberapa kilometer, asap hitam membubung dari Gaza City. Asap dari kebakaran kantor PBB dan sebuah rumah sakit.

”Saya melihat perang sedikit lebih dekat, tetapi tetap saja masih jauh. Kalau begini, untuk apa saya bangun pagi,” ujar seorang wartawan yang ikut dalam panser. Wartawan seharusnya melihat langsung sesuatu dari perang. Apalagi hal-hal yang bernuansa kemanusiaan.

Kalau hanya melihat dari balik jendela panser, jelas bukan sebuah liputan yang sesungguhnya. Jelas ada sesuatu yang disembunyikan di sana.