Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalur Masuk Mandiri di PTN Kian Diminati

Kompas.com - 18/03/2009, 18:35 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com — Jalur seleksi mandiri di perguruan tinggi negeri semakin diminati calon mahasiswa dari tahun ke tahun meskipun seleksi di jalur ini memiliki biaya yang tidak murah, bahkan mencapai ratusan juta rupiah. Biaya ini pun cenderung meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.

Di Institut Teknologi Bandung misalnya, seperti yang diungkapkan Wakil Rektor Bidang Akademik ITB Adang Surahman, Rabu (18/3), jumlah peminat jalur khusus atau disebut Penelusuran Minat Bakat dan Potensi (PMBP) ITB tahun ini meningkat 20 persen daripada tahun sebelumnya. Jumlah pendaftar PMBP Daerah saat ini adalah 6.500 orang dari sebelumnya 5.800.

Tingkat rata-rata keketatan seleksinya pun ikut meningkat, termasuk di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) yang di dalamnya terdapat program studi geodesi. Di FITB ini, tingkat keketatan malah naik 70 persen, ucapnya, menepis kekhawatiran berpengaruhnya kasus kematian Dwiyanto Wisnu Nugroho, mahasiswa Geodesi ITB, seusai mengikuti kegiatan ospek ilegal di kampus ini beberapa waktu lalu.

Di jalur PMBP, biaya yang ditawarkan pun beragam. Untuk PMBP daerah, biaya sumbangan dana pengembangan akademik (SDPA) minimum Rp 55 juta. Biaya ini naik Rp 10 juta dari tahun-tahun sebelumnya. Sementara, USM terpusat, di luar program studi tertentu, biaya minimal Rp 25 juta. Ia membenarkan, tidak jarang orangtua mahasiswa membayar lebih dari ambang batas SDPA ini, yaitu hingga ratusan juta rupiah.

Namun, ia mengatakan, besarnya sumbangan tidak lantas jadi jaminan bisa lulus tes. Di ITB pernah ada orangtua yang memasukkan dua putranya sekaligus dan bersedia bayar masing-masing Rp 550 juta. Namun, yang satu tidak diterima, ucapnya. Meskipun jumlah peminat PMBP meningkat dan kesempatan mendapat dana tambahan lebih besar, menurutnya, ITB tidak akan menambah kuota. Rencananya, kuota jalur khusus ini hanya 55 persen. Sisanya dari jalur seleksi nasional.

Tren kenaikan minat jalur seleksi mandiri juga terjadi di Universitas Padjadjaran. Menurut Wakil Ketua Seleksi Masuk Universitas Padjadjaran (SMUP) Mien Hidayat, pendaftar SMUP tiap tahunnya meningkat hingga 30 persen. Tahun 2008 misalnya, pendaftar mencapai 13.000 dari tahun sebelumnya 10.000. Padahal, jumlah yang diterima hanya 3.100 orang. Untuk jalur Seleksi Nasional Masuk PTN (SNMPTN), kuotanya itu lebih banyak, yaitu 3.800 orang.

Tingginya minat pendaftar ini terutama terjadi di Fakultas Kedokteran. Akibatnya, di jalur ini dana pengembangan SMUP yang diminta mencapai Rp 175 juta minimalnya. Kuota SMUP di FK hanya sekitar 20 persennya sebab sebagian kuotanya untuk program internasional. Dari kuota 40 (orang) itu yang daftar hampir 1.000 orang. Yang sanggup bayar sampai Rp 500 juta juga banyak, ucapnya.

Integrasi dan online

Tahun ini, menurut Pembantu Rektor I Bidang Akademik Unpas Husein H Bahti, Unpad melakukan integrasi SMUP, yaitu mencakup program sarjana dan pascasarjana. Pendaftaran juga dibuka secara online, khususnya yang berada di wilayah Bandung dan sekitarnya. Namun, berbeda dengan kampus-kampus lain, penerimaan mahasiswa baru di Unpad tidak ada melalui jalur nonseleksi misalnya program penelusuran minat dan kemampuan (PMDK).

Sebab, dari hasil evaluasi dan pengalaman, anak-anak PMDK tidak se-fight yang lainnya. Mereka sulit survive, ucap Benito AK, Koordinator SMUP S3 Unpad. Kondisi berbeda justru terjadi di Universitas Pendidikan Indonesia. Menurut Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UPI Chaedar Alwasilah, peminat PMDK di UPI tahun ini membeludak, yaitu mencapai 12.000 orang.

Minat masyarakat menjadi guru semakin tinggi, ucapnya, saat ditanya penyebab melonjaknya pendaftar PMDK ini. Tahun-tahun sebelumnya, jumlah pendaftar PMDK berkisar 8.000-9.000 orang. Khusus jalur mandiri (Ujian Masuk UPI), ucapnya, besaran dana yang dibutuhkan di UPI jauh lebih kecil dari PTN lainnya. "Paling mahal di kami Rp 15 juta dengan fasilitas (gedung baru), seperti Anda lihat sekarang," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com