Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendidikan Nasional Tidak Dipercaya

Kompas.com - 06/04/2009, 20:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pendidikan nasional tidak dipercaya mampu untuk menghantarkan generasi penerus bangsa ini bersaing secara global dengan negara lain. Kondisi ini terlihat dari kebijakan pemerintah yang justru mendorong bermunculannya sekolah-sekolah negeri bertaraf internasional yang didukung dengan dana hingga ratusan juta rupiah untuk satu sekolah. 

Pemerintah seharusnya justru memperkuat sistem pendidikan nasional yang mampu membuat anak-anak senang belajar, percaya diri untuk bersaing, cerdas, dan humanis. Bukan sebaliknya, menciptakan sistem pendidikan yang berkelas-kelas yang akan menciptakan bom sosial di kemudian hari. 

Demikian pendapat yang mengemuka dalam diskusi publik bertajuk "Membedah Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)" yang dilaksanakan Education Forum di Jakarta, Senin (6/4).

Tampil sebagai pembicara adalah Direktur SMA Kolese Kanisius Jakarta Romo Baskoro Poedjinoegroho E, pengamat pendidikan HAR Tilaar, Direktur Institute of Education Reform Universitas Paramadina Utomo Dananjaya, dan alumnus Universitas Indonesia M Fajri Siregar.

"Bukan kita menutup diri dari apa yang berbau asing atau internasional. Tetapi SBI ciptaan pemerintah saat ini lebih sebagai pelarian, karena tidak bisa membuat sistem pendidikan nasional yang menghasilkan peserta didik yang siap menghadapi tantangan jaman. SBI di sekolah negeri itu jadi tertutup hanya untuk orang pintar dan berduit," kata Baskoro.

Menurut Baskoro, yang ada di Indonesia saat ini sebenarnya masih kelas bertaraf internasional. Itu pun dengan pengajar yang fokus untuk menerjemahkan bahan ajar ke dalam bahasa Inggris. SBI umumnya menggunakan kurikulum internasional Cambridge.

"Tanpa perlu harus jadi SBI, sekitar 30 persen lulusan SMA Kanisis bisa sekolah di luar negeri dan mampu berprestasi baik. Yang penting kan bagaimana pendidikan itu dijalankan dengan baik dan membuat anak bukan hanya cerdas tetapi juga humanis," kata Baskoro. 

HAR Tilaar mengatakan, yang mendasar justru perlu diciptakan sistem pendidikan nasional yang baik, yang bersumber dari kekuatan yang dimiliki bangsa ini. Dengan demikian, anak-anak Indonesia siap bersaing tanpa harus memuja-muja yang internasional secara berlebihan.

Pendidikan yang perlu dikembangkan, kata Tilaar, adalah pendidikan yang mampu membuat masyarakat kebanyakan untuk bangkit, maju, dan mandiri. Demi mengejar SBI, pemerintah sudah mengkhianati amanat konstitusi karena bersikap diskriminatif dan menciptakan kelas-kelas sosial yang semkin tajam antara orang kaya dan miskin di Tanah Air.

Utomo Dananjaya menilai, fokus pemerintah untuk mengembangkan SBI menunjukkan sikap inferior bangsa ini. Padahal, pendidikan itu berfungsi untuk mengembangkan budaya dan martabat bangsa dengan mencerdaskan kehdiupan bangsa.

Fajri Siregar, alumni Sosiologi Universitas Indonesia, mengatakan, yang juga berkembang adalah sekolah nasional plus, yang selain memakai kurikulum nasional juga memngadopsi kurikulum internasional. Bahkan, pengajarnya lebih banyak warga negara asing.

"Secara umum, kebijakan sekolah mengutamakan kurikulum internasional sehingga pengetahuan mengenai Indonesia, seperti sejarah, tata negara, budaya, dan nilai-nilai sangat minim," ujar Fajri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com