"NONGKRONG" DI "FOODCOURT"

oleh Timbuktu Harthana dan Siwi Yunita Cahyaningrum

Pusat jajanan serba ada (food court) tak sekadar tempat mengisi perut. Berkumpulnya ratusan menu makanan di satu lokasi itu pun sekarang menjadi arena rendezvous warga urban untuk memuaskan hasrat bertukar cerita, melepas rindu, hingga meneguk hiburan pelepas penat.

Wajah Kota Cirebon pun telah diwarnai dengan kehadiran food court yang menawarkan beragam fasilitas, dari kenyamanan tempat untuk nongkrong berjam-jam, hotspot internet gratis, sampai arena bermain untuk anak-anak. Sekali "menyelam" sambil minum soft drink, demikian pikir pengunjung yang kebanyakan remaja dan eksekutif muda. Seperti Rahman (20), Dimas (20), dan Stefani (21), pengunjung Tenda Cirebon Superblock (CSB), Jumat (10/4) sore, mengaku kerap datang ke food court untuk sekadar ngobrol. Dua-tiga jam mereka habiskan di food court, dengan ditemani minuman dan makanan ringan.

Menurut Stefani, dibandingkan dengan kafe atau pub, food court lebih nyaman, tidak formal, dan pengunjung bisa bebas ngapain saja. "Di sini bebas duduk sambil angkat kaki tanpa ada yang memerhatikan. Ketawa haha-hihi dengan lepas. Asal tidak malu saja. Harga makanannya juga terjangkau," ujar gadis yang kerap datang ke food court pada malam hari seusai pulang kerja itu.

Bagi Dimas, mahasiswa sebuah universitas swasta di Kota Cirebon, food court menjadi alternatif pertama tempat berkumpul dengan teman-temannya sekaligus menghilangan bete (bad mood). Apalagi, jika ada musik yang ditampilkan langsung dan bisa berselancar internet gratis. Hanya dengan modal laptop atau ponsel canggih.

Kehadiran fasilitas internet gratis tak segan-segan dimanfaatkan Rizal (18), mahasiswa semester pertama IPB, yang sedang berlibur pulang kampung di Cirebon. Ditemani laptopnya yang berwarna kuning-hitam, dia kerap duduk sendiri di food court selama tiga jam untuk bermain game online, membuka Facebook, atau mengunduh data sambil menyantap makanan dan minuman.

Sesekali, para kaum muda itu pun kerap mencari kenalan atau sekadar "cuci mata" saat nongkrong di food court. Bahkan, kata Rizal, food court sudah bisa masuk dalam daftar tempat nongkrong anak muda zaman sekarang dan menjadi gaya hidup orang kota menghabiskan waktunya.

"Kalau nongkrong sih bergantung suasana hati. Tetapi, paling enak malam hari dan bareng dengan teman-teman," kata Dimas yang minimal membelanjakan Rp 15.000 sekali datang di arena jajanan tersebut. Tak berbeda dengan Felinda Tagubra, karyawan perusahaan BUMN di Bandung yang suka ke food court karena bisa bertemu dengan keluarga. Dia pun bisa nongkrong bersama teman-teman SMA-nya. Adapun Putri (19) dan Ayu (19), yang awalnya hanya iseng untuk menghabiskan waktu, malah menjadikan food court sebagai tempat untuk bereuni. Berkembang pesat

Di Cirebon, setidaknya ada lima food court yang relatif representatif, di antaranya Tenda CSB, Grage Mall, Griya Rasa, Top Kuliner, dan Pujasera. Ratu Sukmayani, Marketing and Sales Marketing Grage Mall, mengatakan, kafe dan food court memang menjadi tren di Cirebon. Grage Mall pun mempunyai Kafe Mezanin yang mengusung konsep musik langsung setiap hari. Anggota kafe kini mencapai 550 orang dan mereka malah menginginkan kafe bisa buka sampai pukul 24.00. Saat ini konsep food court yang berbeda memang disuguhkan di Tenda CSB. Menurut Budhi Virmansyah, Manajer Operasional Tenda CSB, pusat jajanan yang didesain luar ruang, bernuansa tropis, dan menyuguhkan musik langsung setiap hari itu menyedot pengunjung 750-1.000 orang pada hari kerja dan 1.500 orang saat akhir pekan.

Budhi menambahkan, masyarakat tidak hanya butuh tempat makan, tetapi juga tempat yang bisa memberi suasana menyenangkan dan menghibur. Jadi, selain makanan, keberadaan musik langsung pada malam hari dan internet gratis juga menjadi menu pelengkapnya.