Museum Mesti Prioritaskan Perhatian Pengunjung

JAMBI, KOMPAS.com — Museum-museum di Indonesia perlu ditata kembali dengan pendekatan yang berkiblat kepada pengunjung. Bukan berkiblat pada koleksi, seperti yang umumnya dilakukan museum-museum saat ini. Masyarakat kita pun sampai sekarang masih mendapatkan kesan umum bahwa museum tidak lebih dari tempat penyimpanan dan memamerkan benda, baik yang unik, kuno, bersejarah, maupun dianggap mempunyai nilai tertentu lainnya.

Kenyataan itu diungkapkan arkeolog dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Daud Aris Tanudirjo, pada Diskusi dan Komunikasi Museum Indonesia, Rabu (6/5) di Kota Jambi, Provinsi Jambi. "Semestinya di masa kini museum lebih mengutamakan pada tujuannya, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan visi, misi, dan maksud keberadaan museum. Dengan demikian, pengelolaan museum akan lebih terpusat pada pelayanan masyarakat," katanya.

Daud menjelaskan, selama ini museum-museum kita masih belum memerhatikan benar kepentingan pengunjungnya. Buktinya, museum amat jarang melakukan penelitian untuk mendapatkan umpan balik dari pengunjung atau masyarakat luas. Hubungan antara masyarakat luas dengan museum pun belum akrab benar.

Karena itu, mau tak mau, dalam menata kembali permuseuman, pengelola museum harus berkiblat kepada pengunjung. Seraya melakukan pendekatan ini, museum Indonesia harus tetap mengingat akan misinya sebagai lembaga yang menyandang tugas sebagai lembaga budaya yang mendidik. "Artinya, semata-mata tak mengutamakan kepentingan atau bahkan memanjakan pengunjung, tetapi tetap mampu mempertahankan jati dirinya sebagai lembaga yang memiliki misi-misi budaya," kata Daud.