Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Museum Bisa Kembangkan Industri Kreatif

Kompas.com - 07/05/2009, 19:53 WIB

JAMBI, KOMPAS.com -  Museum bisa mengembangkan industri kreatif yang sejalan dengan pengembangan kebudayaan. Hasilnya tidak saja meningkatkan pendapatan masyarakat, tetapi juga mendatangkan keuntungan bagi museum. Untuk ini, kreativitas dan inovasi dari pengelola museum sangat menentukan.

Demikian antara lain benang merah yang terungkap dari perbincangan Kompas dengan Kasubdit Lingkup IV Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Departemen Dalam Negeri, Faebuadodo Hia, Direktur Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Hari Untoro Dradjat, dan Direktur Museum Ditjen Sejarah dan Purbakala Depbudpar Intan Mardiana, di sela-sela kunjungan ke Museum Negeri Jambi dan Musyawarah Nasional Asosiasi Museum Indonesia, Rabu dan Kamis (6-7/5) di Jambi.

Seperti diungkapkan sebagian besar kepala museum di Indonesia, museum kurang menarik minat masyarakat dan kurangnya kegiatan di museum karena minimnya dana. Sebelum otonomi daerah , dana pengelolaan museum memang dari pemerintah pusat. Namun, setelah otonomi daerah, dana pengelolaan museum menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi untuk museum provinsi dan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota untuk museum di kabupaten/kota.

Faebuadodo Hia mengatakan, bantuan pemerintah pusat selain terbatas jumlahnya dan dalam bentuk hibah, boleh hanya sekali-dua kali, juga terbatas untuk museum yang kondisinya memprihatinkan dan anggaran APBD-nya terbatas.

Karena itu, ketika mengunjungi Museum Negeri Jambi dan berdialog dengan kepala Museum Negeri Jambi, Faebuadodo menekankan, jangan karena dana APBD terbatas lantas pengelolaan museum, minim dari kreativitas.

"Kalau museum dikelola dengan perspektif masa depan, anggaran terbatas seharusnya tidak menjadi masalah, Malah, di balik itu, seharusnya membuat pengelola museum lebih kreatif dan inovatif. Banyak industri kreatif yang bisa ditumbuhkembangkan, sebagai sumber pemasukan masyarakat dan museum," ujarnya.

Dicontohkan, museum bisa memproduksi kesenian/musik tradisional dan mengundang seniman-senimannya tampil di museum, sehingga menjadi daya tarik. S ebagai oleh-oleh, pengunjung tentu bisa membeli CD atau VCD, yang sewaktu-waktu bisa mereka putar ulang.

Jadi, setidaknya, koleksi benda museum berupa alat musik khas daerah, bisa lebih bernilai. Bagaimana alat musik itu dimainkan, ia bisa menyaksikan langsung. Ini akan menimbulkan rasa cinta dan memiliki, serta menghargai.

Senada dengan itu, Intan Mardiana, juga menyarankan bagaimana museum-museum di daerah membuat buku tentang koleksi-koleksi museum dengan pemeparan dan bahasa yang menarik, sehingga buku itu bisa menjadi pengetahuan umum dan sumber informasi yang amat berg una.

Buktinya, buku Museum Tambang Batubara di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, bisa laku dijual di toko buku. Ini patut dicontoh.

Selain itu, tutup kepala perempuan Jambi, tengkuluk, yang terbuat dari batik Jambi, juga bisa dikembangkan jadi industri kreatif dan di jual. Dan banyak benda-benda seni koleksi museum yang menarik dan unik, bisa diproduksi lagi oleh masyarakat dan dijual di museum sebagai salah satu cendera mata.

Hari Untoro Dradjat juga memberikan contoh, misalnya tutup kepala laki-laki dari berbagai kabupaten/kota di Jambi, tidak saja menarik dipajang di museum, tetapi juga bisa dijual sebagai produk industri kreatif. "Kalau dipajang di museum, setidak-tidaknya itu cerminan dari konsep persatuan. Pengunjung museum bisa tahu, seperti apa tutup kepala laki-laki dari berbagai kota/kabupaten di Jambi, apa perbedaan dan persamaannya," katanya.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com