BLORA, KOMPAS.com - Untuk memopulerkan museum sebagai wahana pendidikan generasi muda, para pengelola museum perlu mengedepankan manajemen pengelolaan museum berbasis teknologi informasi atau TI dan konservasi. Pasalnya, banyak pengelola museum masih menerapkan cara konvensional dan jarang mengkonservasi koleksinya, sehingga museum itu tidak diminati dan benda-benda koleksi banyak yang rusak.
Poin itu mengemuka dalam Lokakarya Peningkatan Manajemen Pengelolaan dan Teknis Perawatan Museum di Hotal Adhi Jaya, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Kegiatan yang diselenggarakan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Tengah, Museum Jawa Tengah Ranggawarsita, dan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Blora itu, berlangsung pada 12-13 Mei.
Kepala Seksi Pengkajian dan Pelestarian Museum Jawa Tengah Ranggawarsita, Bambang Sugiharto, mengatakan pengelola museum perlu memanfaatkan perkembangan TI. Tujuannya adalah mengembangkan museum yang semula statis atau manual menuju museum virtual.
Kecanggihan TI dapat memopulerkan dan mengkomunikasikan museum di jaringan maya. Melalui jaringan itu, museum dan koleksinya mampu menjadi obyek pengetahuan, data, dan wahana tukar-menukar informasi dan data.
"Tentu saja hal itu harus direncanakan sejak sekarang. Setidaknya ada salah seorang pengelola museum yang menguasai teknologi itu," kata Bambang.
Konservator Museum Jateng Ranggawarsita YM Kussunartini mengemukakan pengelola museum tidak boleh mengabaikan koleksi-koleksi museum. Pasalnya, benda-benda koleksi itu dapat rusak secara fisik, kimia, biologi, dan kesalahan manusia, serta lapuk karena proses penuaan.
"Koleksi berupa fosil atau berbahan dasar kayu paling mudah rusak dan lapuk. Pasalnya kayu merupakan bahan organik yang peka terhadap kelembaban tinggi. Jika lembab, kayu mudah diserang jamur, rayap, dan mikroorganisme lain," kata Kussunartini.
Untuk itu, lanjut dia, sebuah museum membutuhkan ahli konservasi benda-benda koleksi. Ia harus mengetahui teknik-teknik konservasi, seperti penelitian atau pengamatan dan pengobatan benda-benda koleksi. Pengobatan itu dapat dilakukan dengan cara fisik dan kimia. Namun, sebelumnya pengelola museum harus melakukan tindakan preventif, misalnya dengan memasang alat pendingin ruangan untuk menjaga keteraturan suhu ruang koleksi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.