JAKARTA, KOMPAS.com — Sekolah alam memiliki konsep untuk mengajak anak-anak berinteraksi langsung dengan alam dan memanfaatkan alam sebagai sumber belajar setiap harinya. Pembelajaran tak lagi abstrak bagi siswa karena mereka dapat langsung menerapkannya dengan media belajar yang ada di alam.
”Alam bisa menjadi sumber pengetahuan yang baik bagi anak-anak. Generasi muda kita mesti bisa mengeksplorasi alam sebagai sumber belajar dan sumber ekonomi untuk kesejahteraan bangsa dengan tetap menjaga keseimbangan alam,” kata Lendo Novo, penggagas sekolah alam, di Jakarta, Kamis (9/7).
Interaksi dengan alam itu bukan hanya dirasakan dari lingkungan sekolah yang luas dan asri karena ditumbuhi dengan beragam pepohonan dan bangunan kelas yang ramah lingkungan. Yang terpenting justru bagaimana guru bisa mentransfer ilmu pengetahuan, membentuk karakter, mengajarkan berbagai keterampilan hidup, dan kewirausahaan lewat kegiatan-kegiatan bernuansa alam.
Sekolah alam umumnya adalah sekolah formal, ada yang dari playgroup hingga SMA. Pembelajaran tetap mengacu pada kurikulum nasional, tetapi dikembangkan lagi untuk bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan komprehensif untuk pengembangan minat, bakat, dan potensi setiap anak.
Terintegrasi
Di sekolah alam pembelajaran dilaksanakan secara tematik dengan memanfaatkan media belajar yang tersedia di alam di sekitar sekolah. Pelajaran-pelajaran yang mesti dikuasai siswa tidak diajarkan secara terpisah-pisah, tetapi terintegrasi di dalam tema yang sudah dibuat.
Kegiatan berkebun, beternak, atau bersawah menjadi cara yang lazim digunakan di sekolah alam. Anak-anak yang senang bermain dan memiliki rasa ingin tahu bisa belajar banyak dari kegiatan yang tidak lepas dari alam itu.
Untuk belajar menghitung, misalnya, siswa diajak untuk menanam cabai di lingkungan sekolah. Ketika panen, siswa bisa menghitung cabai untuk mengenal konsep satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan. Mereka bisa mengenal satuan berat dengan menimbang hasil panen cabai.
Kewirausahaan pun diajarkan dengan mengajak anak-anak memperkirakan harga jual cabai serta menghitung kerugian atau keuntungan yang diperoleh dari harga jual yang ditetapkan. Dalam proses menanam cabai, anak-anak pun dapat belajar sains tentang pertumbuhan. Mereka juga bisa belajar bahasa saat diminta untuk menceritakan atau menuliskan pengalaman bertanam cabai.
Pembentukan karakter bisa dilakukan dengan mengajarkan anak-anak disiplin untuk tidak membuang sampah dan memilah sampah, memelihara tumbuhan di sekolah, dan bekerja sama dengan teman-teman. Fasilitas outbond yang ada di sekolah juga bisa jadi sumber belajar pembentukan karakter dan kepemimpinan yang menyenangkan bagi anak-anak.
Sulthon Amien, Ketua Badan Pembina Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya, Jawa Timur, menjelaskan, pembelajaran dilakukan dengan memahami betul alam anak-anak yang senang bermain. Anak diberi ruang untuk berekspresi dan bereksplorasi.
Belajar juga dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari sehingga efektif dan menyenangkan buat anak-anak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.