Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menwa Mahawarman Berupaya Bangkit

Kompas.com - 10/07/2009, 14:09 WIB

Pada masanya, Resimen Mahasiswa Mahawarman Jawa Barat pernah menjadi simbol kebanggaan mahasiswa karena semangat juang dan kerelaan membela negara. Organisasi kemahasiswaan ini pun melahirkan sejumlah tokoh nasional, antara lain Arifin Panigoro, Fadel Muhammad, dan Harjanto Dhanutirto.

Perputaran roda sejarah sempat menghapus kebanggaan itu. Pada usianya yang ke-50 tahun pada 13 Juni 2009, Menwa Mahawarman Jabar berupaya bangkit. "Kami mencoba menyosialisasikan kembali menwa dan perannya secara benar di kalangan pemuda dan mahasiswa. Kami terus membenahi diri dengan perbaikan kaderisasi," kata Kepala Staf Menwa Mahawarman Jabar Yakobus Stefanus Muda, Kamis (9/7).

Selama 10 tahun terakhir menwa seolah tenggelam di antara hiruk-pikuk organisasi kemahasiswaan yang lain. Lengsernya Soeharto, yang menandai berakhirnya Orde Baru, ternyata menumbuhkan alergi baru terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan militer. Maklum, militer kala Orba berkuasa menjadi alat penguasa.

Menwa yang kala itu berada di bawah binaan komando teritorial TNI di daerah ikut-ikutan menjadi sasaran alergi dan kebencian. Yakobus mengakui, menwa pada masa lampau terlalu eksklusif.

Hal itu semakin merenggangkan hubungan antara menwa dan mahasiswa. Kondisi itu jelas bertentangan dengan tujuan awal pembentukan menwa pada 1959. Menwa dimaksudkan sebagai pejuang mahasiswa yang melindungi kampus dari rongrongan pemberontak negara. Minat turun

Penumpasan gerombolan DI/TII di Jabar pada tahun 1950-an tidak lepas dari peran Menwa Mahawarman, yang semula bernama Resimen Serbaguna Jabar. Tindakan heroik Menwa Mahawarman Batalyon I Institut Teknologi Bandung saat menghadapi serangan Barisan Soekarno pada peristiwa berdarah 19 Agustus 1966 juga tidak bisa begitu saja dilupakan.

"Sejarah mencatat seorang anggota Menwa Batalyon I ITB meninggal dunia saat menghadapi amukan massa yang ingin membumihanguskan Kampus ITB," ungkap Bachtera Aji Wibowo, Komandan Batalyon I ITB. Dalam perjalanan selanjutnya, Menwa Mahawarman tidak pernah lepas dari peluh perjuangan. Mahawarman turut dalam operasi pengamanan di beberapa tempat, seperti tergabung dalam kontingen Garuda VIII ke Timur Tengah, Satuan Tugas Dharma Bhakti ke Timor Timur (1978, 1990, 1991, 1993), dan Korps Sukarela Pembebasan Irian Jaya Barat (1961). Tugas bela negara tidak terhenti meskipun negara berada dalam kondisi aman. Mahawarman turut dalam berbagai operasi penanganan bencana, antara lain di Aceh, Yogyakarta, dan Pangandaran. "Buat apa kami ada kalau ternyata tidak bisa bermanfaat bagi sesama," kata Yakobus.

Namun, semua upaya itu seolah terhapus begitu saja pascareformasi. Peminat menwa relatif kecil di kampus-kampus di Jabar. Aji mengatakan, di ITB bahkan sempat terjadi kehilangan generasi pada 1998-2003. Pada masa itu anggota menwa susut menjadi hanya tiga sampai empat orang di ITB, padahal awalnya ribuan orang.

"Tidak mudah membangun lagi menwa. Kami menyusun konsep-konsep pelatihan yang baru. Pada 2004 kaderisasi menwa bisa dilakukan dengan baik. Menwa harus tetap ada untuk melestarikan semangat bela negara dan nasionalisme yang kini semakin minim dalam kehidupan kampus," kata Haryo Pandu Winoto, alumnus Menwa Batalyon I ITB. (Rini Kustiasih)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com