Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangganya, Siswa SMK Bisa Menjadi Pilot...

Kompas.com - 21/07/2009, 15:45 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com - Gagah betul penampilan siswa-siswa itu. Badan tegap, tinggi relatif sepadan, serta rambut yang rapih dalam balutan seragam dinas berwarna biru, lengkap dengan atribut emblem, logo, serta pangkat. Tampilan mereka layaknya mahasiswa Sekolah Tinggi Penerbangan.

Mereka itu adalah para siswa SMKN 29 Kota Bandung, Jawa Barat. Tiap Senin dan Selasa mereka memang diwajibkan mengenakan seragam dinas harian untuk menumbuhkembangkan kebanggaan terhadap korps dan institusi mereka.

"Bangga adalah kata kuncinya, biar mereka punya semangat dan jiwa penerbangan, sehingga bangga menjadi siswa di sini," tutur Edy Purwanto, Kepala SMKN 12 Kota Bandung, Selasa (21/7).

Betapa tidak, lanjut Edy. Setiap hari, para siswa itu akan berurusan dengan dunia penerbangan, dan tentu saja pesawat terbang. Suatu hal yang tidak bisa dilakukan oleh siswa-siswa SMK lainnya, apalagi siswa SMA.

Rizqi Ahmad (17), misalnya. Ketika menjadi siswa magang di maskapai Air Asia, siswa SMKN 12 ini pernah mencicipi rasanya bergumul langsung dengan pesawat-pesawat jet tipe Boeing 737 Series atau pesawat terbaru tipe Airbus A350-900. Di tempat kerja praktik inilah, Rizqi mendapat kebanggaan lainnya sebagai salah seorang alumnus SMK.

"Kami bertemu dengan Pak Ali Imron, beliau seorang pilot yang ternyata alumni SMKN 12 angkatan pertama," tutur Rizqi, sambil diiyakan B. Rizki (17), kawannya yang juga ikut magang di maskapai tersebut.

Ali Imron, yang berpenghasilan Rp 40 juta per bulan, merupakan salah satu dari sedikit kisah sukses alumnus SMK penerbangan yang terletak di Jalan Pajajaran No 92 Bandung tersebut. Hal itu membuktikan, bahwa lulusan SMK tidak melulu bekerja sebagai teknisi atau pekerja kasar yang identik bergaji rendah.

"Alumni kami banyak juga yang menjadi kapten pilot. Itu jika mereka bagus dan mendapat kesempatan mengembangkan diri di maskapai, inilah mengapa di sekolah kami juga diajarkan pengetahuan dasar penerbangan, misalnya tentang keselamatan penerbangan," ucap Edy.

Berdiri pada 1986 silam, sekolah ini merupakan satu dari sedikit, yaitu empat SMK Negeri, bidang penerbangan di Indonesia. Pendirian dan pengembangan sekolah ini tidak terlepas dari keberadaan PT Dirgantara Indonesia (dulu PT IPTN).

PT DI

Berbeda dengan empat SMK penerbangan lainnya, SMKN 12 Bandung mengambil spesifikasi keahlian manufaktur industri penerbangan. Klop dengan yang dilakukan tetangganya, PT DI, yang letaknya bersebelahan, satu kompleks dengan SMKN ini.

"30-40 persen lulusan kami terserap di PT DI," ujar Edy, kemudian.

Tiap tahun, lanjut Edy, jumlah lulusan SMKN ini mencapai sekitar 400 orang dari peminat yang terus meningkat yaitu sekitar 1.000 orang. Tiap tahun pula, sebelum resmi dinyatakan lulus, para lulusan sekolah ini telah dipesan sejumlah industri atau maskapai penerbangan. Bahkan, perusahaan-perusahaan itu melakukan sistem jemput bola. Mereka datang dari jauh-jauh dan langsung mengadakan tes di sekolah ini.

Perusahaan ini diantaranya adalah Garuda Maintenance Facility (GMF)-Aero Asia, PT DI, Lion Air, serta Batavia Air. Menurut B. Rizki, dirinya bahkan mengikuti tes di Lion Air, GMF dan Batavia Air secara sekaligus. Di di Lion Air, Rizki mengaku tinggal menunggu medical check up, setelah itu Rizki mengikuti training.

"Dari SMKN 12 Kota Bandung kami mendapat 8 orang untuk ikut dalam program Basic Aircraft Mechanic. Mereka akan ikut program training gratis plus uang transpor. Jika lolos nantinya, akan diangkat menjadi asisten teknisi," ucap Trisna Hermana, dari Bagian Human Resource Development PT. GMF-Aero Asia dalam sebuah pertemuan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com