YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pengetahuan astronomi pelajar masih minim. Hal ini salah satunya disebabkan belum memadainya pelajaran tata surya dalam kurikulum sekolah.
Pelajar kelas X di SMA Negeri 3 Kota Yogyakarta Maria Azalea Anggraeni (15) mengatakan, kuriku lum di tingkat SMP hanya menyediakan materi tentang tata surya dalam satu bab. Materi yang termuat dalam mata pelajaran Fisika Kelas IX itu lebih banyak berupa hafalan sehingga kurang menarik bagi pelajar.
Menurut Maria, materi tata surya itu pun hanya dibahas secara sekilas mengingat waktu yang telah demikian mepet dengan pelaksanaan ujian nasional (UN). Waktu itu kami lebih konsentrasi pada materi yang diperkirakan akan banyak keluar di ujian nasional, tuturnya dalam Yogyakarta, bedah buku Menjelajahi Tata Surya dan Menjelajahi Bintang, Galaksi, dan Alam Semesta di SMA Negeri 3 Kota Yogyakarta, Sabtu (25/7).
Minimnya pengetahuan para pelajar juga terlihat dalam acara yang diselenggarakan Panitia Reuni Akbar Padmanaba SMAN 3 Yogyakarta Alumni 1979, Penerbit Kanisius, dan Jogja Astro Club itu. Dalam acara yang diikuti 100 pelajar SMA tersebut, p ara peserta mengaku tak banyak mengetahui penelitian terbaru maupun pengetahuan umum tentang astronomi.
Baru dari acara ini tadi s aya tahu bahwa tabrakan meteor dengan Bumi mungkin penyebab punahnya dinosaurus, ujar Henny Sukmawati Dwi (15), lulusan SMP di Lamongan, Jawa Timur, yang baru saja diterima di SMAN 3 Kota Yogyakarta.
Minimnya pengetahuan juga membuat pelajar tidak banyak mengetahui kaitan astronomi dan pengaruhnya bagi kehidupan di bumi. Akibatnya, mereka tidak tertarik mempelajari bidang ilmu itu lebih jauh. Para pelajar lebih berminat pada bidang ekonomi maupun teknologi informatika yang dianggap lebih berperan bagi masyarakat.
Koordinator Jogja Astro Club Mutoha Arkanuddin sebagai salah satu pembicara dalam acara mengatakan, sumber pengetahuan astronomi umum di Indonesia pun masih sangat minim. Sangat sulit ditemui buku-buku astronomi berbahasa Indonesia di pasaran. "Sebagian besar buku astronomi berbahasa Inggris dan harganya relatif mahal. Ini agak menyulitkan karena banyak istilah Astronomi dalam Bahasa Inggris berbeda dengan Bahasa Indonesia," tuturnya.
Sejauh ini, ujar Mutoha, minat masyarakat Indonesia terhadap ilmu astronomi pun masih sangat minim. Hal ini terlihat dari sarjana astronomi yang masih sangat sedikit jumlahnya.
Padahal, menurut Penulis Buku Menjelajahi Tata Surya dan Menjelajahi Bintang, Galaksi, dan Alam Semesta yang juga Koordinator Progam Eksplorasi Antariksa di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) A Gunawan Admiranto, ilmu astronomi sangat penting dipelajari karena berperan besar bagi masyarakat .
Kondisi tata surya bisa berdampak pada cuaca, iklim, maupun keadaan alam yang menentukan kehidupan di bumi. Oleh sebab itu, pengamatan posisi benda langit juga bisa digunakan mengantisipasi bencana di masa depan, salah satunya tabrakan meteor dengan bumi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.