Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penggunaan "Atap Bagonjong" Alami Pergeseran

Kompas.com - 03/08/2009, 12:14 WIB

PADANG, KOMPAS.com - Peneliti arsitektur dari Universitas Lancang Kuning, Pekanbaru, Alfan Syamsir mengatakan, pemakaian arsitektur bangunan "atap bagonjong" (beratap runcing) telah mengalami pergeseran dan tidak lagi untuk bangunan rumah adat Minangkabau, "Rumah Gadang".

"Kini ’atap bagonjong’ dapat digunakan pada berbagai fungsi bangunan sebagai elemen atap sekaligus simbol arsitektur Minangkabau," katanya dalam "International Conference on Construction Industry" (ICCI) 2009 yang digelar oleh Universitas Bung Hatta (UBH) dan University Tecnology Malaysia, di Padang.

Menurut dia, pergeseran pemakaian ’atap bagonjong’ mengakibatkan perubahan makna yang terkandung dalam arsitektur tradisional Sumbar pada rumah adat Minangkabau ke berbagai fungsi bangunan lain.  Ia menyebutkan, perubahan itu diperkuat hasil penelitian pada sejumlah bangunan yang menggunakan ’atap bagonjong’ yang dipilih baik di Sumatra Barat maupun di wilayah lain di Indonesia.

Bangunan yang dipilih itu adalah rumah-rumah masyarakat beratap bagonjong di Kota Bukittinggi, Gedung Bank Indonesia Cabang Padang dan Restoran Simpang Raya Baru di Cibubur, Jawa Barat.

"Penelitian dilakukan menggunakan pembahasan dengan pendekatan teori identitas, semiotik dan semantik," tambahnya.

Hasil penelitian membuktikan bahwa "atap bagonjong" merupakan elemen arsitektur yang dapat digunakan untuk semua fungsi bangunan dan membentuk identitas baru dengan simbol Minangkabau yang mengalami pergeseran makna, khususnya makna konotatif.

Ia menyebutkan, makna konotatif atap bagonjong pada rumah masyarakat di Bukittinggi, selain simbol Minangkabau juga bermakna identitas pribadi, sosial dan budaya pemilik bangunan. Sedangkan makna konotatif pada Gedung Bank Indonesia Cabang Padang menjelaskan lokasi di wilayah Minangkabau, tambahnya.

"Lalu makna konotatif pada ’atap bagonjong’ Restoran Simpang Raya Baru di Cibubur, Jawa Barat, menunjukkan simbol keberadaan komunitas suku Minangkabau di tanah rantau dengan ciri khas pada masakannya," demikian Alfan Syamsir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com