Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yogi, Si Pencipta "Kemasan Cerdas" Pendeteksi Ikan Busuk

Kompas.com - 17/08/2009, 18:45 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Anda tak perlu bingung lagi memilih ikan kemasan yang masih segar atau tidak. Hal itu tak lama lagi akan dapat dituntaskan, karena Yogi Waldingga Hasnedi berhasil melakukan penelitian mengenai "kemasan cerdas" sebagai alat pendeteksi ikan yang busuk.

Berkat penelitiannya itu, mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian IPB, ini meraih juara pertama 'Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia (PPRI) tahun 2009' untuk kategori Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik. Lomba tersebut digelar oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan merupakan penyelenggaraan yang ke delapan.

Menurut Yogi, penelitian tersebut sebenarnya dibuat sebagai tugas akhir atau skripsi. Namun akhirnya, Yogi tetap berusaha menyempurnakannya. Dia terinspirasi oleh penelitian Alexis Pacquit dari Irlandia, yang juga meneliti masalah ini.

"Alat pendeteksi ini berupa label yang ditempel di tempat bungkus ikan, untuk membuat label ini saya mencampur tiga bahan yaitu Polivinil Alkohol, Chitosan Asetat, serta Bromthymol Blue," cerita Yogi.

Setelah dicampur, ketiga bahan tersebut akan dihomogenkan dengan ultrasonik dan dicetak di atas kaca preparat sebesar 1,5 cm. Setelah dikeringkan, kaca preparat tersebut lalu dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 50 derajat celcius selama setengah jam.

Setelah diteliti selama 15 jam dengan menggunakan ikan tanpa tulang, label yang telah jadi itu akan berubah warnanya. Dari kuning, kuning tua, hijau, hijau muda, hijau, hingga hijau kebiruan.

"Jika sudah berwarna hijau kebiruan tandanya ikan sudah busuk dan tidak layak dimakan," terangnya.

Label tersebut, tambah Yogi, mampu menangkap sensor gas yang keluar dari ikan untuk menangkap tingkat kebusukannya. Sampai saat ini, penelitian masih dilakukan dengan suhu ruangan. Nantinya, tambah Yogi, penelitian juga akan dilakukan di suhu 5 derajat celcius.

Terhadap hasil penelitiannya itu, Yogi menamainya dengan 'Plastic Film'. Namun, meskipun memakai kata 'plastik', label tersebut ramah lingkungan karena sifatnya yang biodegradabel, yaitu label akan segera lumer jika terkena air.

"Ke depannya tentu masih ada pengembangan-pengembangan lebih lanjut, karena penelitian ini masih bersifat pilot project, tentu masih bisa dikembangkan lagi," tandasnya. (M7-09)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com