Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gara-gara Pendet, Masa Harus Perang Segala!

Kompas.com - 24/08/2009, 19:55 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia melalui Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, memberikan reaksi keras kepada pemerintah Malaysia, sehubungan tari Pendet yang digunakan untuk promosi wisata Malaysia. Surat protes, Senin (24/8) diantarkan langsung ke Kuala Lumpur. Wakil Dubes Malaysia di Indonesia, Amran Mohamed Zain pun sudah dipanggil dan ditegur.

"Saya sedang memikirkan upaya apa yang mesti ditempuh ke depan. Masa masalah ginian (tari Pendet) harus perang dengan Malaysia. Indonesia memprotes keras penggunaan tarian Pendet di iklan tersebut. Surat protes diantar langsung dan akan diantar bersama Dubers RI di Malaysia ke Kementeian Kebudayaan, Kesenian, dan Warisan Budaya," kata Jero Wacik, kepada pers, Senin (24/8) jelang berbuka di Jakarta.

Seperti diberitakan, penayangan tari Pendet dalam iklan Enigmatic Malaysia di saluran televisi Discovery Channel untuk pariwisata Malaysia, telah menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan di Tanah Air. Bahkan, di Bali, puluhan seniman hari Sabtu (22/8) melakukan protes. Protes dipimpin Guru Besar Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Wayan Dibia. Protes ini disampaikan kepada Ida Ayu Agun g Mas, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD-RI) di Taman Budaya Denpasar.  

Menurut Dibia kepada pers, tari Pendet merupakan warisan budaya Bali secara turun-temurun. Berdasarkan pengamatan Dibia, penari Pendet dalam iklan tersebut merupakan alumnus ISI Denpasar yang bernama Lusia dan Wiwik. Pengambilan gambar tersebut dilakukan sekitar dua tahun lalu.

Jero Wacik menegaskan, "Kalau diam-diam menampilkan budaya Indonesia, jelas kita marah karena hal itu tak sesuai etika. Kalau pihak Malaysia minta izin, tergantung kita. Seberapa besar benefit buat negara. Karena itu saya sudah minta agar pihak Malaysia memberikan klarifikasi."

Menurut Wacik, Pemerintah Indonesia dan Malaysia sebenarnya telah mempunyai perjanjian bilateral untuk menangani setiap sengketa yang timbul antara kedua belah pihak. Perjanjian ini dibuat tahun 200 7.

Ini terjadi setelah pada tahun 2007 itu lagu Indang Sungai Garinggiang ciptaan Tiar Ramon dari Minangkabau digunakan oleh delegasi kesenian Malaysia pada Asia Festival 2007 di Osaka. Kemudian Rasa Sayange asal Maluku digunakan untuk Jingle Visit Malaysia 2007. Kemudian, klaim Reog Ponorogo di website pariwisata Malaysia.

Untuk mata budaya yang grey area kedua pihak sepakat saling memberi tahu dan meminta izin bila digunakan dalam iklan komersial negara masing-masing. Masing- masing pemerintah akan menjaga kesepakatan tersebut dengan mengawasi masyarakatnya masing-masing, papar Menbudpar itu.  

 

Segera inventarisasi

Jero wacik sangat menyayangkan, himbauannya kepada gubernur se Indonesia di tahun 2007 untuk meminta bupati/walikota melakukan inventarisasi beragam budaya yang ada, tumbuh subur dan berkembang, bahkan terancam punah, untuk diinventarisasi agar bisa diumu mkan kepada dunia internasional bahwa Indonesia memiliki ribuan ragam budaya.

"Kita bisanya protes, tapi tak mau melakukan pendataan dan inventarisasi. Padahal kalau hal itu sudah dilakukan dan secara bertahap diurus hak cipta dan atau untuk karya master piece akan diajukan ke Unesco untuk diakui sebagai warisan budaya tak benda dari Indonesia, jika pihak asing menggunakannya, kita bisa tuntut royalti. Saya akan kembali menyurati para gubernur, agar segera mendaftarkan karya-karya budaya di daerahnya," jelasnya.

Dia menyebutkan, Wayang (2003) dan Keris (2005) telah terdaftar/diinskripsi oleh Unesco sebagai warisan budaya takbenda dari Indonesia. Akhir September 2009 Batik akan didaftarkan sebagai warisan budaya takbenda dari Indonesia. Indonesia juga sedang mendaftarkan Angklung paling lambat tanggal 31 Agustus 2009 sudah terkirim ke Unesco .

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com