Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Undip Memprioritaskan Mahasiswa Indonesia

Kompas.com - 28/08/2009, 10:17 WIB

Semarang, Kompas - Universitas Diponegoro Semarang menolak mahasiswa Malaysia sejak tahun 2006. Selain sebagai bentuk usaha menjaga martabat bangsa setelah adanya klaim Malaysia terhadap berbagai produk kebudayaan Indonesia, penolakan tersebut bertujuan untuk memprioritaskan mahasiswa Indonesia.

"Hampir semua mahasiswa Malaysia mendaftar di fakultas kedokteran. Padahal, masih banyak calon mahasiswa Indonesia yang jauh berkualitas ingin mendaftar di tempat yang sama," kata Rektor Undip Semarang, Susilo Wibowo, Kamis (27/8) di Semarang.

Menurut Susilo, total pendaftar di Fakultas Kedokteran Undip setiap tahun mencapai 14.000 pendaftar dan hanya 200 mahasiswa yang diterima. Sebelum tahun 2006, Undip menerima maksimal empat mahasiswa Malaysia. Saat ini, masih ada empat mahasiswa Malaysia yang masih kuliah.

Susilo mengatakan, pihaknya telah bertemu dengan beberapa kepala daerah di Indonesia. "Masih banyak mahasiswa di beberapa daerah yang kesulitan masuk ke perguruan tinggi negeri. Oleh karena itu, kami mulai mengurangi kuota untuk mahasiswa luar negeri, khususnya Malaysia," katanya.

Untuk itu, menurut Susilo, Indonesia juga menutup Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri di Kuala Lumpur, Malaysia, mulai tahun ini. Dengan cara ini, diharapkan mahasiswa dari Malaysia yang ingin belajar di Indonesia dapat berkurang.

Namun, Susilo mengatakan, meski Undip menolak mahasiswa Malaysia, sebanyak 10 dosen Undip justru belajar dan mengadakan penelitian di beberapa universitas di Malaysia. Kerja sama tersebut sudah dilakukan sejak lama.

"Malaysia memiliki beberapa alat penelitian yang tidak kami miliki dan tidak semua negara mau meminjamkannya. Jika masih menguntungkan kami, mengapa tidak," kata Susilo.

Anggota Dewan Pertimbangan Forum Rektor Indonesia Eko Budihardjo mengatakan, komunitas pendidikan seharusnya tidak perlu terpengaruh dengan polemik yang terjadi. "Antar-akademisi Indonesia dan Malaysia sebenarnya harus tetap bekerja sama. Dunia pendidikan jangan sampai terganggu," kata Eko. (DEN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com